Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu, menyarankan peningkatan pemberian obat anti-virus untuk para pasien di rumah sakit dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah dan terserang flu babi, menyusul munculnya klaster baru virus yang resisten terhadap Tamiflu.
Kendati WHO menyatakan tak ada bukti bahwa dua klaster yang ditemukan di Wales dan North Carolina menandai ancaman kesehatan masyarakat, lembaga PBB itu menyampaikan kembali seruan agar para dokter bersikap waspada dan mengubah saran pengobatan untuk obat flu garis depan tersebut.
Dari dua klaster yang ditemukan di rumah sakit pada Oktober dan November, semua pasien -- delapan di Wales dan empat di Amerika Serikat-- diduga terinfeksi oleh strain virus yang tahan terhadap Tamiflu.
Pada pasien semacam itu dengan sistem kekebalan yang tertekan, "dosis pengobatan standar dan lamanya pengobatan dengan oseltamivir (Tamiflu) tampaknya tak cukup", kata WHO dalam pernyataannya, Kamis kemarin.
"Meskipun penilaian klinis penting, dosisnya mungkin perlu ditingkatkan dan dilanjutkan, tanpa interupsi untuk durasi sakit akut," katanya.
Badan kesehatan PBB itu juga menyarankan bahwa obat alternatif bagi Tamiflu, Zanamivir, "harus dipertimbangkan sebagai pengobatan pilihan bagi pasien yang mengidap influenza yang berkepanjangan kendati diobati dengan oseltamivir".
WHO menyampaikan kembali perlunya monitoring yang ketat terhadap virus flu yang tahan Tamiflu. "Pengalaman dengan virus influenza musiman memperlihatkan virus yang tahan dapat dengan cepat menyebar di kalangan masyarakat umum dan menjadi mapan, sehingga membuat satu atau lebih obat anti-virus jadi tidak efektif," demikian peringatan WHO.
Dalam dua pekan terakhir, WHO mentat jumlah kasus virus yang resisten terhadap Tamiflu pada pasien yang terserang flu babi A/H1N1 naik dari 57 jadi 96. Sepertiga di antaranya terjadi pada pasien yang sistem kekebalan tubuh sangat lemah akibat masalah darah, kemoterapi agresif bagi kanker, atau pengobatan pasca-pencangkokan.
Tak ada tanda dalam rangkaian infeksi di Inggris dan AS bahwa kluster yang tahan telah menyerang staf rumah sakit, penghuni bangsal lain atau orang di luar rumah sakit. "Hasilnya sampai saat ini membesarkan hati," kata WHO.
"Meskipun semua peristiwa virus yang resisten oseltamivir perlu diselidiki, tak ada bukti yang menyatakan bahwa semua kejadian sampai saat ini merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat," tagas WHO.
Kendati WHO menyatakan tak ada bukti bahwa dua klaster yang ditemukan di Wales dan North Carolina menandai ancaman kesehatan masyarakat, lembaga PBB itu menyampaikan kembali seruan agar para dokter bersikap waspada dan mengubah saran pengobatan untuk obat flu garis depan tersebut.
Dari dua klaster yang ditemukan di rumah sakit pada Oktober dan November, semua pasien -- delapan di Wales dan empat di Amerika Serikat-- diduga terinfeksi oleh strain virus yang tahan terhadap Tamiflu.
Pada pasien semacam itu dengan sistem kekebalan yang tertekan, "dosis pengobatan standar dan lamanya pengobatan dengan oseltamivir (Tamiflu) tampaknya tak cukup", kata WHO dalam pernyataannya, Kamis kemarin.
"Meskipun penilaian klinis penting, dosisnya mungkin perlu ditingkatkan dan dilanjutkan, tanpa interupsi untuk durasi sakit akut," katanya.
Badan kesehatan PBB itu juga menyarankan bahwa obat alternatif bagi Tamiflu, Zanamivir, "harus dipertimbangkan sebagai pengobatan pilihan bagi pasien yang mengidap influenza yang berkepanjangan kendati diobati dengan oseltamivir".
WHO menyampaikan kembali perlunya monitoring yang ketat terhadap virus flu yang tahan Tamiflu. "Pengalaman dengan virus influenza musiman memperlihatkan virus yang tahan dapat dengan cepat menyebar di kalangan masyarakat umum dan menjadi mapan, sehingga membuat satu atau lebih obat anti-virus jadi tidak efektif," demikian peringatan WHO.
Dalam dua pekan terakhir, WHO mentat jumlah kasus virus yang resisten terhadap Tamiflu pada pasien yang terserang flu babi A/H1N1 naik dari 57 jadi 96. Sepertiga di antaranya terjadi pada pasien yang sistem kekebalan tubuh sangat lemah akibat masalah darah, kemoterapi agresif bagi kanker, atau pengobatan pasca-pencangkokan.
Tak ada tanda dalam rangkaian infeksi di Inggris dan AS bahwa kluster yang tahan telah menyerang staf rumah sakit, penghuni bangsal lain atau orang di luar rumah sakit. "Hasilnya sampai saat ini membesarkan hati," kata WHO.
"Meskipun semua peristiwa virus yang resisten oseltamivir perlu diselidiki, tak ada bukti yang menyatakan bahwa semua kejadian sampai saat ini merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat," tagas WHO.