Siswa-Siswa Pertama
Aku, Yasa adalah siswa keenam dari Sang Bhagava Buddha Gautama, yang terpanggil untuk mengikuti jejaknya, mengerti dan memahami ajaran-ajarannya.
Aku adalah putra seorang bangsawan di Benares dan seperti Sang Bhagava, aku pernah hidup bergelimang kemewahan. Beberapa minggu sebelum saat yang kuceritakan ini, aku gelisah dan tidak dapat istirahat, seperti pada saat kita mendengar alunan nada yang samar-samar dari kejauhan, kita berusaha untuk menggapainya namun tidak mampu. Demikianlah yang terjadi padaku, sepertinya aku mendengar nada yang bukan berasal dari dunia ini, tetapi ketika kucoba untuk menjangkaunya, musik tersebut telah terbang dan hilang. Kini kutahu bahwa semua kesenangan-kesenangan duniawi yang ada di sekelilingku tidak akan lama memuaskan. Semuanya hampa dan tak berguna, bagaikan sawah tanpa ada yang mengairinya.
Kemudian pada suatu malam aku terjaga, dan terus terjaga, akhirnya aku keluar menuju ruang depan di mana kelihatan dayang-dayang yang sedang tertidur nyenyak. Mereka yang seperti bunga-bunga cantik di siang hari kini terbaring kacau-balau di atas balai-balai dengan baju yang kusut dan kotor. Rasa duka yang teramat dalam menyelimutiku. Apa yang biasanya kelihatan sangat indah bisa menjadi sesuatu yang demikian menjijikkan. Aku tidak dapat beristirahat lebih lama, kupakai sandal sepuhanku dan keluar menembus gelapnya malam. Sesuatu yang tak kuketahui benar membawaku ke Taman Rusa di Isipatana.
Aku, Yasa adalah siswa keenam dari Sang Bhagava Buddha Gautama, yang terpanggil untuk mengikuti jejaknya, mengerti dan memahami ajaran-ajarannya.
Aku adalah putra seorang bangsawan di Benares dan seperti Sang Bhagava, aku pernah hidup bergelimang kemewahan. Beberapa minggu sebelum saat yang kuceritakan ini, aku gelisah dan tidak dapat istirahat, seperti pada saat kita mendengar alunan nada yang samar-samar dari kejauhan, kita berusaha untuk menggapainya namun tidak mampu. Demikianlah yang terjadi padaku, sepertinya aku mendengar nada yang bukan berasal dari dunia ini, tetapi ketika kucoba untuk menjangkaunya, musik tersebut telah terbang dan hilang. Kini kutahu bahwa semua kesenangan-kesenangan duniawi yang ada di sekelilingku tidak akan lama memuaskan. Semuanya hampa dan tak berguna, bagaikan sawah tanpa ada yang mengairinya.
Kemudian pada suatu malam aku terjaga, dan terus terjaga, akhirnya aku keluar menuju ruang depan di mana kelihatan dayang-dayang yang sedang tertidur nyenyak. Mereka yang seperti bunga-bunga cantik di siang hari kini terbaring kacau-balau di atas balai-balai dengan baju yang kusut dan kotor. Rasa duka yang teramat dalam menyelimutiku. Apa yang biasanya kelihatan sangat indah bisa menjadi sesuatu yang demikian menjijikkan. Aku tidak dapat beristirahat lebih lama, kupakai sandal sepuhanku dan keluar menembus gelapnya malam. Sesuatu yang tak kuketahui benar membawaku ke Taman Rusa di Isipatana.