Dharma Discussion Forum

please join us

Join the forum, it's quick and easy

Dharma Discussion Forum

please join us

Dharma Discussion Forum

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Dharma Discussion Forum

Forum Buddhis Indonesia


2 posters

    KATA-KATA YANG INDAH

    avatar
    hariyono
    3rd Grade
    3rd Grade


    Male Jumlah posting : 85
    Points : 4284
    Join date : 04.06.09

    KATA-KATA YANG INDAH  Empty KATA-KATA YANG INDAH

    Post by hariyono Sun Mar 17, 2013 5:31 pm



    Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
    KATA-KATA YANG INDAH

    Yo ca gāthā sataṁ bhāse, anatthapadassaṁhitā

    Ekaṁ dhammapadaṁ seyyo, yaṁ sutvā upasammati

    Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat, adalah lebih baik

    satu kata Dhamma yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

    (Dhammapada 102)



    Dalam kehidupan kita, tentunya di sini kita memerlukan komunikasi dengan yang lainnya karena kita hidup dalam lingkungan masyarakat. Bermacam-macam komunikasi yang kita lakukan dengan mereka, dan paling sering kita gunakan adalah dengan menggunakan kata-kata atau berbicara. Lewat pembicaraan inilah maka kita akan mengerti antara satu dengan yang lainnya. Tetapi jika pembicaraan ini tidak dilakukan dengan baik maka juga akan mendatangkan bencana pada diri kita sendiri. Maka dari itu jika kita melakukan pembicaraan dengan orang lain juga harus hati-hati, bermanfaat dan mempunyai tujuan, tentunya tujuan yang baik. Tetapi dalam masyakat pada umumnya yang dilakukan malah sebaliknya. Di sini kita tentu bisa membedakan antara Tonggeret dan Ayam Jago. Hewan Tonggeret ini setiap saat dia berbunyi dan bunyinyapun memekakkan telinga, tetapi kita tidak tau apa makna dari bunyi Tonggeret tersebut atau bisa juga memang tidak ada artinya. Hal ini berbeda dengan yang Ayam Jago lakukan, tentunya kita tau ketika malam sudah sangat larut dan jika ada Ayam Jago ini berkokok maka ini menandakan pagi akan segera tiba, dan Ayam Jago ini juga tidak setiap saat berkokok, tetapi jika Ayam Jago ini berkokok pasti ada makna tertentu. Oleh karena itu disini kita sepatutnya menghindari pembicaraan yang tidak ada manfaatnya. Jika kita banyak bicara dan tidak ada tujuan tertentu yang baik, maka dapat menyebabkan:

    1. Musavada: berbohong.

    2. Pisunavaca: memfitnah, membicarakan hal-hal yang jelek dari orang lain.

    3. Pharusavaca: ucapan dan kata-kata kasar.

    4. Samphapalapa: omong kosong dan pembicaraan yang tidak berguna.

    Keempat hal inilah yang akan dihasilkan oleh mereka yang suka berbicara tanpa tujuan yang jelas dan tidak bermanfaat atau seringkali juga orang-orang tersebut bukannya mengajarkan yang baik pada lingkungan setempat malah sebaliknya. Keempat hal ini juga yang harus kita kikis atau tidak kita lakukan dalam kehidupan kita, karena keempat hal ini akan membawa kemerosotan dalam kehidupan kita. Tetapi dengan mengikis empat hal itu kita juga mengembangkan ucapan yang baik. Dalam Aṅgutara Nikāya, Sang Buddha mengatakan “Jika ucapan memiliki lima tanda, para bhikkhu, berarti ucapan itu disampaikan dengan baik, tidak disampaikan dengan buruk, tak ternoda dan tak tercela oleh para bijaksana. Apakah lima tanda ini..? itulah ucapan yang tepat waktu, benar, lembut, bertujuan dan diucapkan dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih”.

    1. Tepat waktu

    Artinya bahwa sebuah ucapan yang baik adalah sesuai dengan kondisi. Terkadang kita dalam berucap tidak sesuai dengan kondisi walaupun ucapan tersebut tidak bermaksud buruk, mungkin saja menyinggung seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang dalam keadaan dipengaruhi emosi negatif (marah), terkadang kita malah menyiram minyak pada api, walaupun kita bermaksud untuk menenangkan orang tersebut. Biasanya hal tersebut terjadi karena mungkin masalah tersebut berhubungan dengan kita. Jadi Sang Buddha mengajarkan bahwa kita perlu waspada dalam ucapan agar sesuai dengan kondisi dan tepat waktu.

    2. Benar (sesuai dengan kenyataan)

    Ucapan inilah yang paling sulit kita lakukan. Kecenderungan kita adalah berucap sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita cenderung akan mengucapkan sesuatu dengan membelokkannya sadar ataupun tidak sadar. Ada sebuah cerita dimana seorang penganut Buddha ingin meyakinkan temannya dalam belajar ajaran Buddha dengan mengatakan bahwa vihara yang ia kunjungi begitu ramai, berjumlah ratusan. Padahal kenyataannya hanya sekitar 80. Ia tanpa sadar telah membuat ucapan tidak benar, walau¬pun halus. Secara psikis hal tersebut akan bertumpuk menjadi sesuatu yang biasa dan dianggap ‘benar’. Buddha mengajarkan bahwa tidak ada kebenaran di balik ucapan yang tidak jujur, melebih-lebihkan, mengurang-ngurangkan. Ucapan harus apa adanya. Jika memang 80 orang, katakan 80 orang. Jangan 30 atau 100 orang.

    3. Lembut

    Artinya di sini adalah ucapan yang tanpa bersifat keras atau beremosi negatif. Seringkali kita tanpa sadar terbawa oleh kata-kata kasar. Lembut juga mengand¬ung makna halus. Artinya biasakan diri kita dengan berucap lembut dan tenang. Pikirkan dahulu akibat dari ucapan yang akan kita keluarkan. Bahasa-bahasa kasar maupun tidak senonoh sebaiknya tidak kita ucapkan.

    4. Bertujuan

    Jelas sebuah ucapan menjadi bermakna ketika mempunyai tujuan atau alasan di balik ucapan yang kita lakukan. Bertujuan juga mengindikasikan ada man¬faat dari ucapan yang kita lakukan. Ketika melihat teman sedang lesu, dengan ucapan kita dapat menyemangatinya. Artinya ucapan tersebut memang bertujuan untuk membantu. Sesuatu yang positif dan sangat dianjurkan oleh Buddha dalam melatih diri mencapai kedamaian. Seringkali kita menjadi korban ucapan tidak bermakna yang kita dengar dari televisi. Kita menjadi perantara ucapan ti¬dak bermakna. Gosip tentang artis kita lakukan padahal tidak bermanfaat. Malah bisa jadi kita menyebarkan sesutau yang tidak benar dengan gosip. Sehingga bukan lagi ucapan kosong, namun telah menjadi ucapan yang menfitnah dan telah melanggar sila ke-4 Pancasila Buddhis.

    5. Berdasarkan cinta kasih

    Ucapan ini lebih merupakan wujud pikiran yang dipenuhi cinta kasih. jadi dengan landasan bagi kebahagiaan seseorang, kita melakukan sebuah ucapan. Bukan dengan kebencian sebuah ucapan kita lakukan. Sang Buddha menyadari betapa pentingnya cinta kasih bagi setiap orang sehingga dalam wujud ucapan pun, cinta kasih dapat dipancarkan. Kata-kata yang menyejukkan seseorang, menenangkan seseorang, membahagiakan seseorang, membangkitkan ses¬eorang adalah wujud ucapan yang berdasarkan cinta kasih.

    Ucapan benar mengandung ke-5 aspek tersebut. ketika kita ingin mel¬atih diri untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan kedamaian, ucapan benar merupakan sebuah aspek yang sangat penting. Ucapan benar harus kita sempurnakan karena merupakan salah satu dari Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menuntun kita menuju kebahagiaan sejati atau Nibbana.

    Sumber:

    • YM. Phra Rajavaracariya (Win Vijano) terjemahan Indonesia. Dhammapada, Bab VII, ayat 102. Penerbit: Bahussuta society.

    • Wena Cintiawati, Lanny Anggawati dan Endang Widyawati (penerjemah Inggris-Indonesia). Nyanaponika Thera dan Bhikkhu Bodhi (Penerjemah Pali-Inggris). Petikan Anguttara Nikaya, Kitab Suci Agama Buddha. Penerbit: Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna. Klaten.



    Oleh: Bhikkhu Silanando (21 Oktober 2012)

    KATA-KATA YANG INDAH  Kevin+McNeal-Mt+Assiniboine+Sunburst
    Chinpoko
    Chinpoko
    New Member
    New Member


    Jumlah posting : 2
    Points : 4
    Join date : 04.04.13

    KATA-KATA YANG INDAH  Empty Re: KATA-KATA YANG INDAH

    Post by Chinpoko Thu Apr 04, 2013 2:08 pm

    hariyono wrote:

    Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
    KATA-KATA YANG INDAH

    Yo ca gāthā sataṁ bhāse, anatthapadassaṁhitā

    Ekaṁ dhammapadaṁ seyyo, yaṁ sutvā upasammati

    Daripada seribu bait syair yang tak bermanfaat, adalah lebih baik

    satu kata Dhamma yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

    (Dhammapada 102)



    Dalam kehidupan kita, tentunya di sini kita memerlukan komunikasi dengan yang lainnya karena kita hidup dalam lingkungan masyarakat. Bermacam-macam komunikasi yang kita lakukan dengan mereka, dan paling sering kita gunakan adalah dengan menggunakan kata-kata atau berbicara. Lewat pembicaraan inilah maka kita akan mengerti antara satu dengan yang lainnya. Tetapi jika pembicaraan ini tidak dilakukan dengan baik maka juga akan mendatangkan bencana pada diri kita sendiri. Maka dari itu jika kita melakukan pembicaraan dengan orang lain juga harus hati-hati, bermanfaat dan mempunyai tujuan, tentunya tujuan yang baik. Tetapi dalam masyakat pada umumnya yang dilakukan malah sebaliknya. Di sini kita tentu bisa membedakan antara Tonggeret dan Ayam Jago. Hewan Tonggeret ini setiap saat dia berbunyi dan bunyinyapun memekakkan telinga, tetapi kita tidak tau apa makna dari bunyi Tonggeret tersebut atau bisa juga memang tidak ada artinya. Hal ini berbeda dengan yang Ayam Jago lakukan, tentunya kita tau ketika malam sudah sangat larut dan jika ada Ayam Jago ini berkokok maka ini menandakan pagi akan segera tiba, dan Ayam Jago ini juga tidak setiap saat berkokok, tetapi jika Ayam Jago ini berkokok pasti ada makna tertentu. Oleh karena itu disini kita sepatutnya menghindari pembicaraan yang tidak ada manfaatnya. Jika kita banyak bicara dan tidak ada tujuan tertentu yang baik, maka dapat menyebabkan:

    1. Musavada: berbohong.

    2. Pisunavaca: memfitnah, membicarakan hal-hal yang jelek dari orang lain.

    3. Pharusavaca: ucapan dan kata-kata kasar.

    4. Samphapalapa: omong kosong dan pembicaraan yang tidak berguna.

    Keempat hal inilah yang akan dihasilkan oleh mereka yang suka berbicara tanpa tujuan yang jelas dan tidak bermanfaat atau seringkali juga orang-orang tersebut bukannya mengajarkan yang baik pada lingkungan setempat malah sebaliknya. Keempat hal ini juga yang harus kita kikis atau tidak kita lakukan dalam kehidupan kita, karena keempat hal ini akan membawa kemerosotan dalam kehidupan kita. Tetapi dengan mengikis empat hal itu kita juga mengembangkan ucapan yang baik. Dalam Aṅgutara Nikāya, Sang Buddha mengatakan “Jika ucapan memiliki lima tanda, para bhikkhu, berarti ucapan itu disampaikan dengan baik, tidak disampaikan dengan buruk, tak ternoda dan tak tercela oleh para bijaksana. Apakah lima tanda ini..? itulah ucapan yang tepat waktu, benar, lembut, bertujuan dan diucapkan dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih”.

    1. Tepat waktu

    Artinya bahwa sebuah ucapan yang baik adalah sesuai dengan kondisi. Terkadang kita dalam berucap tidak sesuai dengan kondisi walaupun ucapan tersebut tidak bermaksud buruk, mungkin saja menyinggung seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang dalam keadaan dipengaruhi emosi negatif (marah), terkadang kita malah menyiram minyak pada api, walaupun kita bermaksud untuk menenangkan orang tersebut. Biasanya hal tersebut terjadi karena mungkin masalah tersebut berhubungan dengan kita. Jadi Sang Buddha mengajarkan bahwa kita perlu waspada dalam ucapan agar sesuai dengan kondisi dan tepat waktu.

    2. Benar (sesuai dengan kenyataan)

    Ucapan inilah yang paling sulit kita lakukan. Kecenderungan kita adalah berucap sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita cenderung akan mengucapkan sesuatu dengan membelokkannya sadar ataupun tidak sadar. Ada sebuah cerita dimana seorang penganut Buddha ingin meyakinkan temannya dalam belajar ajaran Buddha dengan mengatakan bahwa vihara yang ia kunjungi begitu ramai, berjumlah ratusan. Padahal kenyataannya hanya sekitar 80. Ia tanpa sadar telah membuat ucapan tidak benar, walau¬pun halus. Secara psikis hal tersebut akan bertumpuk menjadi sesuatu yang biasa dan dianggap ‘benar’. Buddha mengajarkan bahwa tidak ada kebenaran di balik ucapan yang tidak jujur, melebih-lebihkan, mengurang-ngurangkan. Ucapan harus apa adanya. Jika memang 80 orang, katakan 80 orang. Jangan 30 atau 100 orang.

    3. Lembut

    Artinya di sini adalah ucapan yang tanpa bersifat keras atau beremosi negatif. Seringkali kita tanpa sadar terbawa oleh kata-kata kasar. Lembut juga mengand¬ung makna halus. Artinya biasakan diri kita dengan berucap lembut dan tenang. Pikirkan dahulu akibat dari ucapan yang akan kita keluarkan. Bahasa-bahasa kasar maupun tidak senonoh sebaiknya tidak kita ucapkan.

    4. Bertujuan

    Jelas sebuah ucapan menjadi bermakna ketika mempunyai tujuan atau alasan di balik ucapan yang kita lakukan. Bertujuan juga mengindikasikan ada man¬faat dari ucapan yang kita lakukan. Ketika melihat teman sedang lesu, dengan ucapan kita dapat menyemangatinya. Artinya ucapan tersebut memang bertujuan untuk membantu. Sesuatu yang positif dan sangat dianjurkan oleh Buddha dalam melatih diri mencapai kedamaian. Seringkali kita menjadi korban ucapan tidak bermakna yang kita dengar dari televisi. Kita menjadi perantara ucapan ti¬dak bermakna. Gosip tentang artis kita lakukan padahal tidak bermanfaat. Malah bisa jadi kita menyebarkan sesutau yang tidak benar dengan gosip. Sehingga bukan lagi ucapan kosong, namun telah menjadi ucapan yang menfitnah dan telah melanggar sila ke-4 Pancasila Buddhis.

    5. Berdasarkan cinta kasih

    Ucapan ini lebih merupakan wujud pikiran yang dipenuhi cinta kasih. jadi dengan landasan bagi kebahagiaan seseorang, kita melakukan sebuah ucapan. Bukan dengan kebencian sebuah ucapan kita lakukan. Sang Buddha menyadari betapa pentingnya cinta kasih bagi setiap orang sehingga dalam wujud ucapan pun, cinta kasih dapat dipancarkan. Kata-kata yang menyejukkan seseorang, menenangkan seseorang, membahagiakan seseorang, membangkitkan ses¬eorang adalah wujud ucapan yang berdasarkan cinta kasih.

    Ucapan benar mengandung ke-5 aspek tersebut. ketika kita ingin mel¬atih diri untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan kedamaian, ucapan benar merupakan sebuah aspek yang sangat penting. Ucapan benar harus kita sempurnakan karena merupakan salah satu dari Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menuntun kita menuju kebahagiaan sejati atau Nibbana.

    Sumber:

    • YM. Phra Rajavaracariya (Win Vijano) terjemahan Indonesia. Dhammapada, Bab VII, ayat 102. Penerbit: Bahussuta society.

    • Wena Cintiawati, Lanny Anggawati dan Endang Widyawati (penerjemah Inggris-Indonesia). Nyanaponika Thera dan Bhikkhu Bodhi (Penerjemah Pali-Inggris). Petikan Anguttara Nikaya, Kitab Suci Agama Buddha. Penerbit: Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna. Klaten.



    Oleh: Bhikkhu Silanando (21 Oktober 2012)

    KATA-KATA YANG INDAH  Kevin+McNeal-Mt+Assiniboine+Sunburst

    permisi Koko Hariyono....bagaimana cr yg paling bijak ketika menghadapi seseorang yg kasar tutur kata dan dipenuhi dgn kebencian(mudah tersinggung)?
    soalnya sy punya pengalaman ketika sy berhadapan dgn org seperti itu sy sdh berbicara dgn lemah lembut dan tersenyum.....eh ternyata dia malah menggangap sy cengengesan dan meremehkan dia....sy rs dia salah paham....krn sy sdh memikirkan baik2 apa yg sy ucapkan....

    namaste

      Waktu sekarang Thu Nov 21, 2024 9:24 pm