namo buddhaya early, mau menanyakan pendapatmu sebagai generasi muda buddhis tentang pernikahan, apa pendapat kamu dgn pernikahan, apakah ada keharusan utk menikah dlm agama buddha kecuali yg memiliki keinginan utk jd bhiksu/bhiksuni? tolong dipikirkan dgn mendalam, karena didalam pernikahan banyak karmabaik yg kita akan lakukan sbg suami istri dan sbg seorang papa dan mama, disini kita akan melatih pengertian/pandangan benar dan pikiran yg benar utk membahas ttg pernikahan ini,karena kita sedang belajar menerapkan 8 jalan utama dalam kehidupan dan ingat didalam agama buddha berdasarkan ehipasiko yg artinya kita harus berpikir utk membuktikan apakah nikah itu suatu keharusan, sebelumnya terima kasih atas tanggapannya, sadhu3.
jawaban dari teman:
seingat yg sy bc sbg umat Buddha (bukan bhiksu/ bhiksuni) pilihan menikah ato tdk, mutlak ada di tgn kt sndr. kl mmg seseorg akhirny memutuskn utk menikah artiny dia hrs bs menjadi pasangan hidup yg baik, org tua yg baik, krn hidup ini bkn permainan, apapun itu akn menjadi karma (baik/ buruk) bagi kt sndr. tdk ada yg brbeda dgn org yg akhirnya memilih tdk menikah (walau tdk menjd bhiksu jg), hanya lingkungan penerapan Dharmanya aja yg brbeda.
jawaban dari teman kembali:
bisa dikatakan penerapan Dharma yg sama di lingkungan yg berbeda. Seseorg yg menikah akn menerapkannya dimulai dr rumah (pasangan hidup dan anak2). sekali lg ko yusuf, ini cm pemahaman sy aj, kemungkinan sy salah besar skali, jd mhn bimbinganny..
penjelasan arti pernikahan:
namo buddhaya,didalam pernikahan memang diputuskan oleh individu pribadi dengan proses karma orang tersebut,jika dikehidupan yg lalu dia memiliki karma baik dari ketertarikan dgn lawan jenis maka dikehidupan sekarang orang tersebut akan menikah, demikian pula jika karma kehidupan yang lalu kurang baik maka kehidupan sekarang pernikahan jadi tdk benar seperti dengan sejenis atau bahkan tdk menikah, sebagai umat buddhis yang sedang belajar dharma maka kita harus menjalankan dharma dalam kehidupan sehari2 seperti yg diajarkan 8 jalan utama, dengan berdasarkan itu, kita akan mencari seorang pasangan hidup yang baik dengan segala kekurangannya, lalu kembangkan sifat metta, dengan sifat metta kita akan mengerti kekurangannya setiap kekurangkan akan disikapi dgn ucapan yg benar, perbuatan yg benar dgn landasan pikiran yang benar, saya yakin jika dengan landasan ini konflik disaat pacaran atau rumah tangga akan terhindari sehingga terbentuk suasana yg harmonis sehingga pasangan tersebut telah melakukan karmabaik yg besar karena mereka akan menjadi papa dan mama yg baik, suatu karma baik yg besar menjadi org tua, ingat kisah dewi maya, ibunda siddharta gaotama, hanya dgn melahirkan beliau memasuki sorga, dengan cerita ini kita umat buddhis sgt mengetahui pernikahan adalah ladang pahala yg besar,demikian juga sbg seorg papa yg bekerja tdk kenal lelah hanya utk kebaikan keluarganya, juga akan membimbing keluarga menjadi keluarga yg baik itulah dharma, dlm proses membina keluarga terbentuklah karma,bayangkan seorg ibu yg mengandung selama 9 bulan merupakan karmabaik apalagi dpt disikapi dgn baik oleh ibunda maka karma baik akan berbuah, setelah melahirkan ibundalah yang merawat anak2 tercinta dengan suatu kebaikan pula maka karmabaik pula tercipta, dalam proses pendewasaan ibunda dan ayah memiliki peran yg besar itulah karma. bayangkan pula jika seorg tdk menikah maka secara kejiwaan terjadi hal yang labil, semua contoh ini dapat kita lihat dimasyarakat,ingat ehipasiko, dengan landasan ini kita bisa melihat efek kejiwaan bagi org yg tdk menikah, utk itu jika seorg tdk menikah dianjurkan utk mulai melatihkan dirinya utk mengembangkan sifat metta dan kita jika mengenal orang seperti ini harus membantu orang tersebut untuk mengembangkan sifat metta dasarnya karena kita juga mengembangkan sifat metta,karuna dan mudita( cinta kasih,welas asih dan simpati terhadap kebahagiaan orang lain), demikian pula jika kita menemukan orang yg tidak menikah karena kelainan seksual/suka dengan sejenis maka kita harus melakukan hal yg serupa, pelan tapi pasti kita sedang mengajarkan orang tersebut menabung karmabaik dikemudian hari, intinya didalam agama buddha sangat dianjurkan untuk menikah, umat buddhis tidak boleh takut untuk menikah, karena didalam pernikahan itulah kita akan belajar dharma dan akan banyak kesempatan untuk mendapatkan karma baik.kecuali jika seorang umat buddhis memiliki niat menjadi seorang bhiksu/bhiksuni, tingkatan ini memiliki sifat metta,karuna dan mudita yang lebih tinggi karena diberikan bukan utk 1 orang saja, tapi diberikan keseluruh mahkluk hidup.demikian bahasan saya, mohon temanku memberikan tanggapan, agar sayapun dapat mengerti arti pernikahan dengan baik dalam sudut pandang agama buddha.
jawaban dari teman:
thx atas penjelasan ko yusuf. maklum sy br belajar, jd ms blm ngerti. ko yusuf benar. kl tar sy uda brkeluarga sy akan ingat apa yg ko yusuf bahas..
jawaban dari teman:
seingat yg sy bc sbg umat Buddha (bukan bhiksu/ bhiksuni) pilihan menikah ato tdk, mutlak ada di tgn kt sndr. kl mmg seseorg akhirny memutuskn utk menikah artiny dia hrs bs menjadi pasangan hidup yg baik, org tua yg baik, krn hidup ini bkn permainan, apapun itu akn menjadi karma (baik/ buruk) bagi kt sndr. tdk ada yg brbeda dgn org yg akhirnya memilih tdk menikah (walau tdk menjd bhiksu jg), hanya lingkungan penerapan Dharmanya aja yg brbeda.
jawaban dari teman kembali:
bisa dikatakan penerapan Dharma yg sama di lingkungan yg berbeda. Seseorg yg menikah akn menerapkannya dimulai dr rumah (pasangan hidup dan anak2). sekali lg ko yusuf, ini cm pemahaman sy aj, kemungkinan sy salah besar skali, jd mhn bimbinganny..
penjelasan arti pernikahan:
namo buddhaya,didalam pernikahan memang diputuskan oleh individu pribadi dengan proses karma orang tersebut,jika dikehidupan yg lalu dia memiliki karma baik dari ketertarikan dgn lawan jenis maka dikehidupan sekarang orang tersebut akan menikah, demikian pula jika karma kehidupan yang lalu kurang baik maka kehidupan sekarang pernikahan jadi tdk benar seperti dengan sejenis atau bahkan tdk menikah, sebagai umat buddhis yang sedang belajar dharma maka kita harus menjalankan dharma dalam kehidupan sehari2 seperti yg diajarkan 8 jalan utama, dengan berdasarkan itu, kita akan mencari seorang pasangan hidup yang baik dengan segala kekurangannya, lalu kembangkan sifat metta, dengan sifat metta kita akan mengerti kekurangannya setiap kekurangkan akan disikapi dgn ucapan yg benar, perbuatan yg benar dgn landasan pikiran yang benar, saya yakin jika dengan landasan ini konflik disaat pacaran atau rumah tangga akan terhindari sehingga terbentuk suasana yg harmonis sehingga pasangan tersebut telah melakukan karmabaik yg besar karena mereka akan menjadi papa dan mama yg baik, suatu karma baik yg besar menjadi org tua, ingat kisah dewi maya, ibunda siddharta gaotama, hanya dgn melahirkan beliau memasuki sorga, dengan cerita ini kita umat buddhis sgt mengetahui pernikahan adalah ladang pahala yg besar,demikian juga sbg seorg papa yg bekerja tdk kenal lelah hanya utk kebaikan keluarganya, juga akan membimbing keluarga menjadi keluarga yg baik itulah dharma, dlm proses membina keluarga terbentuklah karma,bayangkan seorg ibu yg mengandung selama 9 bulan merupakan karmabaik apalagi dpt disikapi dgn baik oleh ibunda maka karma baik akan berbuah, setelah melahirkan ibundalah yang merawat anak2 tercinta dengan suatu kebaikan pula maka karmabaik pula tercipta, dalam proses pendewasaan ibunda dan ayah memiliki peran yg besar itulah karma. bayangkan pula jika seorg tdk menikah maka secara kejiwaan terjadi hal yang labil, semua contoh ini dapat kita lihat dimasyarakat,ingat ehipasiko, dengan landasan ini kita bisa melihat efek kejiwaan bagi org yg tdk menikah, utk itu jika seorg tdk menikah dianjurkan utk mulai melatihkan dirinya utk mengembangkan sifat metta dan kita jika mengenal orang seperti ini harus membantu orang tersebut untuk mengembangkan sifat metta dasarnya karena kita juga mengembangkan sifat metta,karuna dan mudita( cinta kasih,welas asih dan simpati terhadap kebahagiaan orang lain), demikian pula jika kita menemukan orang yg tidak menikah karena kelainan seksual/suka dengan sejenis maka kita harus melakukan hal yg serupa, pelan tapi pasti kita sedang mengajarkan orang tersebut menabung karmabaik dikemudian hari, intinya didalam agama buddha sangat dianjurkan untuk menikah, umat buddhis tidak boleh takut untuk menikah, karena didalam pernikahan itulah kita akan belajar dharma dan akan banyak kesempatan untuk mendapatkan karma baik.kecuali jika seorang umat buddhis memiliki niat menjadi seorang bhiksu/bhiksuni, tingkatan ini memiliki sifat metta,karuna dan mudita yang lebih tinggi karena diberikan bukan utk 1 orang saja, tapi diberikan keseluruh mahkluk hidup.demikian bahasan saya, mohon temanku memberikan tanggapan, agar sayapun dapat mengerti arti pernikahan dengan baik dalam sudut pandang agama buddha.
jawaban dari teman:
thx atas penjelasan ko yusuf. maklum sy br belajar, jd ms blm ngerti. ko yusuf benar. kl tar sy uda brkeluarga sy akan ingat apa yg ko yusuf bahas..