Tolong di beri judul...

hari demi hari ku jalani, ku paksa diriku untuk tetap ceria di depan wilan dan charlie... aku tak ingin mereka mengetahui kesedihanku.... ya... kesedihanku yang tak lama lagi akan memuncak dan segera berakhir... meninggalkan semua ini, wilan, charlie, perih, mama, papa, keluargaku yang saat ini ada di kampung halamanku nun jauh di sana.... aku harus siap menghadapi semua ini, arrghh.... kepalaku kembali berdenyut-denyut, lebih baik aku istirahat sebentar, akan kubuang jauh-jauh segala pikiranku ini... kucoba untuk bermeditasi sebentar... sore ini aku ingin mengunjungi wihara tempatku biasa melaksanakan kebaktian setiap minggunya... aku ingin menenangkan diriku, suasana wihara yang tenang, nyaman, damai memang suatu tempat dimana selalu ku impikan... rasanya aku mau apabila nanti hidupku akan berakhir di tempat ini...

ah, apakah kau percaya keajaiban? tiba-tiba diujung mautmu justru kau memperoleh umur panjang? Ku buka lebar-lebar telingaku ketika sampai di dharmasala Wihara. "2012 akan kiamat!!" seru beberapa orang. Tak perlu 2012 untuk menyatakan kiamat, ugh.. aku menggelengkan kepala. Aku ingin menonton film itu setidaknya sebelum kiamatku tiba. Aku memejamkan mata dihadapan altar Buddha sambil bersila. Menghentikan kekacauan pikiranku sejenak.

betul,sekarang saat yg tepat utk aku pergi. maafkan aku charlie, aku tak sanggup menceritakan ini semua padamu, aku tak akan lama didunia ini charlie, usiaku tak lebih dr 3 bulan charlie, aku menderita kanker ganas. hanya aku yang tau. bahkan akupun tak sanggup bercerita pd mama dan papaku, bahkan pd teman dekatku yg lain, yg ada pd diriku sekarang hanya membahagiakan org tuaku charlie, semoga kamu mengerti akan kepergianku, walau aku tak cerita sedikitpun padamu, maafkan aku ya sayang, selamat jalan...

eit's tunggu! Mungkin hanya Charlie yang kucintai, pesonanya yang seolah-olah tak membutuhkan wanita cengeng itulah yang membuatku selalu tegar, selalu ingin belajar banyak darinya. Bahkan aku rela menunggunya semalaman hanya untuk melihat senyumnya. Oh, Charlie. Apakah cintaku padamu akan benar-benar berakhir sampai disini? Dan Wilan, dia jantung hati yang tak pernah ada disampingku. Pacar bayangan, yah mungkin itu adalah istilah yang tepat untuknya. Akan tetapi aku juga menaruh hati padanya, serakahkah aku? Ouw... Bella!! Kenapa aku bertindak bodoh lagi, keputusanku sudah mantap.

wooww... Charlie andai kau disampingku sekarang, sudah pasti aku akan memelukmu melihat ini. Kedahsyatan efect visual yang ditampilkan film 2012 membuatku merinding, bencana yang tak bisa dicegah lagi. Kekuatan waktu yang tak bisa ditentang, siapapun kita baik seorang presiden atau pun mafia tidak ada bedanya. Ini membuatku berfikir, inikah kunci kendali yang harus ku akhiri dengan hidupku menghindari mereka? pergi diam-diam? Ah, tidak.

Beberapa jam berlalu...
Suara ketukan pintu menggangu tidurku. Dengan mata masih terpejam kuraih gagang pintu.
"Bella," kata Wilan.
Mataku terbelalak melihat kehadirannya, bagaimana bisa dia berani malam-malam menggangguku. Dia memang selalu mengganggu hidupku!
"Kau, ada apa?" tanyaku sinis.
"Apa yang terjadi padamu? Kau selalu menghindar dariku, bahkan aku tak tahu apa yang kau pikirkan sekarang untuk mengusirku,"
"Dan ini, apa maksudmu dengan ini?" lanjut Wilan.
Aku tak pernah melihat Wilan semarah ini padaku, kehumorisannya berubah menjadi amarah, apakah ada makhluk halus yang menyenggolnya dijalan sewaktu dia datang kesini, aku terkekeh.
"Kau mengejekku?" Kata Wilan dengan raut muka jeruk purut. Aku semakin geli, sungguh Wilan sangat lucu. Dia membuatku tertawa puas.
"Terima kasih say, setelah sekian lama kau membuatku tertawa lagi. Kau tau artinya itu? Aku memang tak pernah bisa membencimu," jawabku.

Kami duduk diteras, merasakan hembusan angin malam yang menusuk tulang tetapi ini sangat indah.
"Apakah kau yakin akan jadi samaneri?" tanya Wilan tak berkedip.
"Yah, setidaknya kau yang membuatku begini. Ah, sudahlah... harusnya kau senang bukan?" kataku.
Wilan menghembuskan nafas, menatapku dalam-dalam.
"Nggak, kau takkan kuat say. Sebenarnya apa yang kau fikirkan sekarang?" Wilan memegang pundakku.

Mataku berkaca. Yang kufikirkan sekarang adalah membuat disisa hidupku berguna, tidak ada kebencian.
"Hahaha... sudahlah tak perlu khawatir. Cuma satu bulan kok, lagian skripsiku nanti gimana?" tawaku dalam tangis.

Menit-menit berlalu, tak terasa tiga jam lebih kami berbincang samapi sang fajar tiba. Aku meminta Wilan untuk pulang meski dia memaksa tetap tinggal. Wilan menoleh kearahku sebelum dia benar-benar menghilang dari hadapanku. Hmm, Wilan, desahku.

keputusanku sudah bulat, aku ingin menghabiskan sisa hidupku di lingkungan yang tenang, nyaman, di iringi gaung mantra, dan wangi dupa yang harum semerbak, akh... mengapa tidak dari dulu saja aku berpikiran seperti ini, tentunya aku takkan sekalut ini sekarang, dengan kemelekatanku kepada kedua orang itu, namun aku masih ada waktu.... walau hanya sedikit, harus ku mantapkan hatiku, ini semua juga tak lepas dari sosok perih yang sudah cukup banyak menyadarkanku, bahwa hidupku di dubia ini sebagai bella hanyalah sementara... ya mungkin sebelum ini dan sesudah ini aku pernah dan akan bertemu kembali dengan orang-orang seperti charlie, wilan, perih, yang sekarang ini begitu dekat denganku, namun sedekat apa??? aku tak mau membangun suatu hubungan yang lebih dekat lagi dengan mereka semua..

yah... akhirnya mataku tak bisa terpejam hingga sinar mentari menerobos tirai jendela kamarku... oh..ya... hampir aku lupa.. hari ini aku harus melakukan kunjungan rutin ke dokter yang menanganiku...
aku harus segera bersiap-siap, kebetulan hari ini aku tidak ada jadwal kuliah,

tok...tok..tok... terdengar suara pintu kamarku di ketuk... siapa gerangan?? yang datang pagi-pagi begini... apakah wilan??? kan dia juga belum lama pulang tadi subuh... masak sudah datang lagi??? tak tidurkan dia???

"Mama, papa..." mataku terbelalak. Sungguh tak percaya, itu mereka. Aku merindukan mereka, sangat rindu.
"Bella mama kangen banget sama kamu nak," ucap mama sambil memelukku erat yang masih dalam keadaan berantakan.
"Iya Bell, mama-mu tuh nagis-nangis pengin ketemu kamu. Makanya papa ajak mama-mu untuk ketemu kamu," tambah papa.
"Sama, ma, pa... Bella juga rindu dan kangen," balasku.
"Tapi kamu gak sakit kan? kok mukamu pucat sekali," Mama meraba-raba pipiku.
"Ya pucat lah ma kan baru bangun tidur mana ada yang langsung seger bugar?" papa melanjutkan. Aku tak berkata apa-apa.

Aku segera mandi dan mengganti baju tidurku dengan kaos dan celana jinz. Mama mengomentariku dengan memandang dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Bella, sekali-kali kamu tuh pake gaun gitu jangan kayak anak cowo melulu,"
"Ah, mama. Sama saja lah... toh rupanya juga masi Bella kok," protesku.

"Kayak gitu juga manis kok Bell," papa membelaku. Aku meringis.

Mama dan Papa akan mengajakku ke rumah teman lama nya di Jakarta. Kami semua meluncur sekitar jam sembilan dari kost. Cuaca sangat panas, bahkan aku sampai mau muntah karena mual. Dan, akh... kunjungan ke dokter aku batalkan secara sepihak.

Dunia ini memang sempit. Masa lagi-lagi aku ketemu muka itu-itu juga, Charlie, Wilan mereka itu anak dari temannya Mama yang sudah lama banget tidak bertemu. Huff... aku mendesah. Rasanya kalau jodoh memang gak kemana, mau menghindar juga tetep aja ketemu.

Dan, ketika waktu terus berlalu. Hari berganti hari tanpa kusadari, ketika tiga karangan bunga ada disebuah batu nisan. Ketika orang-orang mengatakan bahwa aku telah meninggal, tak ada lagi yang bisa kuperbuat. Tangisan dari Mama dan Papa bahkan tak terdengar lagi. Keajaiban cinta tak mampu membuatku hidup kembali seperti yang kuharapkan ketika membaca novel-novel cinta. Waktu sebulan lagi pun tak kudapatkan hanya untuk sekedar memperbaiki diri. Charlie yang kini terlihat berbeda mungkin akan bersedia menangis untukku, walau hanya seitik cairan bening yang menetes dipipinya. Wilan yang berkali-kali membuatku gelisah dengan cintanya, semoga dia tahu bahwa aku mencintainya lebih dari yang dia tahu selama ini.

Gerimis merintik. Aku sendirian ditempat sunyi ini. Lukisan perih yang akhirnya menempel dibatu nisanku. Orang yang selama ini menjadi sahabat terbaikku, sahabat sejati. Dan akhirnya aku tahu nama yang sebenarnya dari Perih adalah Andika chan. Itu tertera dilukisannya. Ah, dulu aku yang menangis pilu, sekarang aku yang melihat mereka menangis untukku.

haruskah ku tak percaya pada semua ini... ya semua telah berakhir, aku harus melanjutkan hidupku di dunia yang berbeda, begitu pula dengan mereka semua yang kutinggalkan, harus tetap melanjutkan hidupnya di dunia dan aku akan segera pergi meninggalkan mereka semua setelah beberapa hari terakhirku, seandainya aku di beri kesempatan kembali, akankah ku kembali??? dengan kondisi tubuhku yang sakit lemah tak berdaya ini, aku rasa tidak, inilah jalan yang terbaik jalan dari karmaku sendiri, selamat tinggal papa mama ku yang tercinta, aku harus pergi selamanya, semoga suatu saat nanti karma kembali mempertemukan kita, charlie, wilan, perih, teman-teman kampusku... aku harus pergi... begitu pula cerita ini...semoga karma baik mempertemukan kita semua di cerita-cerita hidup yang lain...

guubbrraakkkk..... tiba-tiba pintu kamar bella.. terbuka..
ku kucek-kucek mataku dan terkaget... rupanya charlie yang terlihat nafasnya yang masih memburu...
akh... aaakkuu masih hidup... ku sadari ternyata semua tadi hanya mimpi... mimpi itu seperti kenyataan.. aku masih tertegun dengan diriku sendiri, seakan tak percaya, hati ku kalut.. tak menentu ntah itu sedih atau senang ternyata aku masih hidup, masih dengan tubuhku yang lemah dan rentan ini, yang dalam bebrapa waktu akan segera ku tinggalkan. apakah ini berarti aku di berikan waktu extra, apakah ada suatu hal yang harus aku lakukan sebelum aku benar-benar pergi.. aku harus segera menyadari arti mimpiku ini,
hei... Bella.." tegur charlie yang dari tadi melihatku melamun dan segera memelukku seakan tak mau melepaskanku..
Bell.. aku tak ingin kau pergi.." ucap charlie kemudian, aku masih bingung dengan ucapan charlie tsb, apa maksudnya,
semalam aku mimpi buruk bell... aku mimpi kau pergi jauuuhhh sekali, ku terus mengejarmu namun aku tak bisa mengejarmu, karena jarak kau dan aku terus menjauh...,
haahh... mengapa mimpiku dan mimpi charlie bisa begitu aneh malam tadi, apakah ada hubungannya???

"charlie.... tinggalkan aku charlie..."
"kenapa bell... ada apa??? apa aku salah kalau aku mulai mencintaimu, apa karena wilan, kakakku???"
"akhh... bukan charlie... bukan karena itu semua,"
"lalu apa???? apa bell??"
aku terdiam, tak akan, tak akan ku beritahukan tentang diriku sebenarnya, pada charlie maupun wilan, biarlah hanya diriku dan perih yang tau,
"sudahlah charlie, aku capek, tinggalkan diriku sendiri, pulanglah.." pintaku

Huah... aku nggak tahu ini pagi yang ke berapa, seribu, duaribu, atau limaribu? Aku merasa pagi ini sungguh berbeda. Kau tahu kenapa? Aku juga nggak tahu, hehehe... Kesempatan. Yah, aku sudah diberi kesempatan untuk hidup lagi, entah untuk berapa lama tetapi aku senang seperti mendapat remisi tahanan :p. Daun-daun yang berguguran di pagi hari, membuatku yakin akan satu hal bahwa hidup bukanlah soal pilih memilih namun hidup adalah proses ketidak kekalan. Ah, sok bijak aja nih... By the way, Bella kembali lagi. Bella yang ingin memandang hidup untuk saat ini, di hari ini yang sedang menikmati pagi di rumah Mama. Yang melewatkan sidang begitu saja alias memilih DO dari kampus, bukan di drop out loh! Tapi lebih milih berhenti kuliah. Rasanya lebih nyaman di sini, menjadi orang biasa, demikiankah? Ah, glek.. glek..glek.. segelas kopi aku seruput sambil memandangi pohon berayun-ayun.

"Bella," sapa Brenda, teman kecilku.
"Hi, apa kabar?" jawabku. Kami cipika dan cipiki.
"Ya ampun, kamu kurus sekali. Hmm, kamu sudah baikkankah?" tanya Brenda. ahm.. Orang sakit memang tidak enak tapi aku nggak mau batin dan jiwaku ikut-ikutan menjadi sakit.
"Ah biasa saja, malah tambah sehat nih" aku meringis. Brenda geleng-geleng kepala, aku pun tersenyum. "Gimana kabar Wilan?" lanjut Brenda. Ouch, aku terdiam. Berpikir jawaban apa yang harus kuberikan. Ini masalahku, aku yang mengawali semua ini dan tidak begitu mudah untuk mengakhiri begitu saja namun kenyataan selalu saja melenceng sedikit. "Wilan... dia baik-baik saja kok" balasku. "Syukurlah, aku tuh setuju kalo kamu sama dia, cocok hehehe" Brenda terkekeh. Weleh-weleh... aku cekikikan sendiri. Hah.. aku mengajak Brenda jalan-jalan menikmati udara pagi yang sejuk. Menanjak ke bukit kembar tempat yang dikeramatkan sejak dahulu kala oleh warga di sini. Tidak ada suara-suara bising yang mengganggu indahnya pagi ini.

setelah menanjak bukit bebarapa saat, kami menemukan sebuah jalan setapak menurun kearah sebuah lembah dengan danau yang begitu tenang dan indah... di sinilah biasanya aku dan brenda teman kecilku bersenda gurau bahkan sampai saat ini danau ini begitu banyak meninggalkan kenanganku bersama brenda, sejak kami beranjak remaja dan dewasa, danau ini mulai jarang kami kunjungi, hanya sekali-kali bila ingin bernostalgia di masa kecil kami dulu atau hanya untuk saling bertukar cerita tentang kehidupan kami masing-masing...
tibalah kami di sebuah dermaga kayu kecil, sampan kecil itu masih terikat kuat di salah satu kayu dermaga tersebut, kami duduk berdua di tepi dermaga kayu tersebut...

hhuuuffff.... sejuknya hawa di danau ini, suasana memang sangat tenang di sini sesekali terdengan suara kicauan burung di atas dahan, matahari pun belum tinggi benar, hangat hangat kuku terasa di tubuh ini,

gimana kuliahmu bren.., tanyaku membuka pembicaraan
aku sudah tak kuliah lagi bel, sejak 2 tahun lalu..
lho.. kenapa? kok aku tak tau...
iya, suatu masalah menimpaku..
ups sorry, apa pertanyaanku membuatmu sedih? kupeluk brenda, dapat kurasakan kesedihan di hatinya..
tak apa bel, kau sahabat baikku, aku ingin berbagi cerita denganmu, di sini di danau ini, mungkin ini pun akan menjadi yang terakhir kali, sebelum kita berpisah..
lho bren, kok kamu bicara seperti itu, aku lepas pelukanku dan kuusap pipinya yang basah terkena air matanya..
ada apa bren.. apa yang terjadi.. berbagilah kepada ku maka bebanmu akan ringan...
iya bel.. 2 tahun yang lalu.. sesuatu terjadi terhadap diriku..
ketika aku berangkat kuliah di pagi itu, tiba-tiba sebuah mobil menyerempetku, dan aku terjatuh, kepala ku membentur trotoar, seketika aku pingsan dengan kepala berlumur darah...,
branda menunjukkan lukanya di kepala, yaa memang ada bekas luka di kepalanya,
aku segera di larikan ke rumah sakit, namun daran yang keluar dari kepalaku terlampau banyak, dan akhirnya aku tak tertolong...
haaaaaa...... brenda... kamu jangan becanda bren..
aku menjauh seketika, dan sangat terkaget mendengar perkataan brenda sahabatku..
bell, jangan pergi bell, dan jangan takut,.. aku sahabatmu, dan aku takkan menyakitimu,..
berkali-kali aku ke danau ini selama 2 tahun terakhir, berharap bisa bertemu dengan mu di danau ini, namun tak pernah sekali pun aku berjumpa dengan mu, oleh karena itu hari ini adalah suatu anugrah kesempatan untukku bertemu dan mengucapkan selamat tinggal kepadamu bell,

brenda... ka kamu becanda kan...??

bell.. aku tak becanda bell, percaya lah kepada ku please..

oh god... apa yang terjadi padaku.. saat ini... apakah aku bermimpi... tanyaku dalam hati...

wah miss u Ko ;p Tulisannya makin keren aja nih hehehe...

Aku termenung. Lagi, lagi dan lagi. Hidup ini memang ajaib, aku seperti memiliki indera ke enam. Tetapi keajaiban itu sering kali membuat diriku takut. Takut dengan segala hal kemustahilan tentang hidup, kemungkinan yang tiba-tiba saja bisa mengubahku. Menjadi apa yang tak kupikirkan sebelumnya. Kau tahu dulu aku tak pernah percaya pada siapapun termasuk diriku sendiri? Aku hanya mengikuti arus tanpa mau mendengarkan kata hati, aku, aku dan aku lagi. Ahm, Brenda yang kurindukan muncul dihadapanku. Tapi kenapa dalam keadaan seperti ini? Aku jadi bertanya benarkah itu Brenda? ataukah khayalan tingkat tinggiku mulai kambuh? Karena biasanya, aku adalah pencipta tokoh paling hebat dalam kesendirianku.

"Bella, apa yang kau pikirkan?" tanya Brenda.
Tuing-tuing-tuing...
"Ah, boleh kupegang tanganmu sekali lagi?" pintaku.
"Tentu saja, dengan senang hati," Brenda tersenyum.

Oh, no... kali ini aku tak bisa memegang tangan halus Brenda. Sungguh halus, tertembus jari jemariku. Kuperhatikan wajahnya, putih tak merona.
"Brenda!"
"Hmm, semua orang akan berakhir seperti ini kok.." balas Brenda.
"Ya betul. Apa yang kau lihat di duniamu itu?" aku makin seru. Tidak, aku tidak takut pada hantu karena mungkin Brenda hanya khayalanku saja. Tapi tidak, benar dia itu Brenda kok sahabat kecilku dulu.

"Hahaha... sebentar lagi kamu juga akan melihatnya," Brenda mengedipkan matanya. Aku mendesah.

Sungguh tak sabar, namun tak mau cepat-cepat. Apa yang kupikirkan untuk ini? Aku memandangi dermaga yang tenang itu, mendaratkan mata beningku di sana, dalam angan-angan yang tak pasti.

apakah benar yang di katakan brenda sahabatku ini, bahwa sebentar lagi akupun akan melihatnya... apakah dia memang datang untuk menjemputku, menemaniku dalam perjalanan menembus tirai kehidupan ini?
siapkah aku??? sanggupkah aku melalui ini semua???

bella, pejamkan lah matamu sebentar saja,
tanpa berkata, kuturuti apa kata brenda, pelan ku pejamkan mataku, tubuhku seketika menjadi ringan bagaikan kapas yang terbang tertiup angin, kemanakah angin membawaku??? sesayup terdengan alunan mantra di telingaku... semakin lama semakin keras... di manakah aku berada saat ini??

aku merasa sudah harus membuka mataku ini, dengan perlahan ku buka kedua mataku dan kudapati diriku sendiri yang sedang tergolek di dalam sebuah peti... yah peti...

haaa... apakah aku tak salah lihat??? aku menghadiri persemayaman diriku sendiri???

mama... papa... ku dekati dan kupanggil mama papaku yang sedang terisak-isak membaca mantra,
namun sepertinya panggilanku tak terdengar oleh mereka..
ooohh goooddd... kulihat kembali diriku.. aku sudah berpisah dari ragaku...
aku sudah berada di dunia lain... bagai manakah ini???
suara alunan mantra yang di bacakan oleh beberapa bikhu membuat hatiku cukup tentram
sepertinya memang aku sudah harus pergi....
ma.. pa... aku pergi..

"Ngak!!! ini pasti hanya khayalanku saja." teriakku. Kadang-kadang aku tak cukup pandai untuk membedakan mana yang khayalan dan mana yang kenyataan.
"Bella... Bella...!" seseorang meneriakkiku. Mataku terbuka perlahan, samar-samar kulihat wajah itu. Mama! Rasanya tubuh ini lemas tak bertenaga.
"Kenapa kamu berteriak-teriak?" tanya Mama. Tubuhku basah kuyup oleh cucuran keringat, aku bermimpi. Aaahhh... "Aku kira aku sudah mati ma," balasku. "Hush... jangan ngawur! ada telepon dari temanmu nih," Mama menyodorkan handphoneku. Jantungku masih berdetak tak karuan, aku ngak tahu harus ngomong apa lagi. Aku menyapa orang yang ada ditelepon itu.
aku :"Halo,"
Dia : Bella
Aku terhenyak.
Dia : ini aku, Charlie.
Aku : Iy..aaa..
Dia : Aku akan berangkat ke Jepang untuk kerja.
Aku : Kapan?
Aku gugup, tak rela namun tak berdaya.
Dia : Malam ini berangkat ke Bandara, jaga dirimu yah
Aku : Ooo... aku...
Dia : Tapi kamu bisa tetap kirim email ke aku kok. Oke, daaa..

Telepon ditutup. Seketika aku kecewa pada diriku karena tidak berani jujur padanya. Charlie... dia kejam. Mengapa? Aku hanya bertanya pada diri sendiri.

di kamar aku kembali sendiri, sebuah buku diary yang setia menemaniku sepanjang hari selepas aku berhenti kuliah, buku itu telah banyak becerita tentang kehidupanku sampai saat ini, aku ingin suatu saat nanti buku ini jatuh ke tangan yang tepat, kira-kira siapa yah? pikiranku mulai mengembara lagi mengunjungi masing-masing temanku...
wilan... ntah kemana, sudah lama tak ada khabar...
charlie... dia sudah pergi ke jepang untuk bekerja akankah dia melupakanku??
perih... kemana yah dia?? sedang apa saat ini??
brenda... eeehhh brenda, kemarin aku sempat bermimpi tentang dia, yang mengunjungiku, dan membawa ku pergi ke danau impian, apakah benar mimpi itu yah??? apakah memang dia telah tiada???
ohhh... hampir ku lupakan masalah ini, mungkin aku harus mencari tau kebenaran mimpiku ini,
aku segera membuka lembaran-lembaran diaryku berharap ada sesuatu yang bercerita tentang brenda...

halaman pertama

11 september 2006

Pertama kali ketemu Charlie di wihara. Waktu itu dia sebagai pengurus, aku pertama kali ke Jakarta. Masih asing dan akh... ga kenal siapa-siapa. Pokoknya jutek banget, males banget lama-lama di wihara. Apalagi para pengurusnya sibuk gak karuan Wuah... hari yang menjengkelkan! Lalu diperpustakaan, aku liat Charlie. Tersenyum kearahku. Entah kenapa, aku sangat nyaman. secara tiba-tiba... yup! Charlie adalah teman pertamaku di wihara.

13 september 2006

Charlie. Aku kepikiran dia. arrrrgggghhhhh...

11 januari 2007

Hari ini ketemu orang yang nyebelin, anak jogja namanya Wilan. Huaahhhh.... Katanya dia lagi liburan jadi gak tau daerah Jakarta. Damn! awas kalo ketemu lagi!

14 februari 2007

Brenda datang ke kost. Katanya mau pulang, ada apa yah???? Dia gak mau cerita. Hufff..

15 februari 2007

charlie menghubungiku malam-malam, ngucapin met valentine walaupun telat sehari senangnya hatiku.... sampe 2 jam aku telponan, hahaha... lucu juga..

21 februari 2007

hari ini kepalaku sakit sekali... kayaknya mesti segera check up lagi nih ke klinik, hufff kumat lagi penyakitku..

07 maret 2007

tumben brenda kerumahku, mengajakku ke danau, hari ini penuh canda tawa kami di pinggir danau kami bersenda gurau...

ahhh mana yah... kok jadi baca diary, tadinya aku kan mau cari informasi tentang brenda, yang ada cuma kisah-kisah biasa saja...

coba ku lompat cari di pertengahan tahun 2007 saja,

17 july 2007

aku bertemu seorang pelukis yang baik hati, perih namanya, aku di lukis gratis sama dia, coba bayangin, cuma karena dia bilang aku mirip dengan seseorang yang di cintainya... hehehe...dengan semangat dia lukis aku, tadinya aku mau bayar lukisannya tapi dia menolak, katanya dia sudah cukup senang bisa bertemu dan melukis wajahku di kain kanvasnya... thanks perih...

29 july 2007

aku dan brenda pergi ke sebuah toko baju, dan brenda membeli sebuah baju terusan berwarna putih, bercorak halus kesilveran, aneh nih orang beli baju yang kayak gini... abis itu aku di ajak ke rumahnya di jalan delima no 108 di daerah kebayoran baru, yah rumahnya cukup sederhana, tapi tertata cukup rapi, brenda tinggal bersama mamanya dan seorang adik laki-lakinya yang masih SMA, brandon namanya.. ayahnya sudah tiada sejak brenda masih kecil, di karenakan menderita sakit kanker...


25 agustus 2007

aku bertemu lagi sama orang yang nyebelin beberapa bulan yang lalu, wilan.. yah wilan.. wah ternyata dia sekarang tinggal sama tantenya dekat-dekat kampusku, tapi lama-lama kuperhatikan kok ganteng juga yah...

eeiittt tunggu..... asssttaaagggaaa....
aku kembali ke 29 july 2007, brenda bersama ku beli baju putih bercorak halus kesilveran...
itu persis dengan baju yang di kenakan brenda di dalam mimpiku beberapa waktu lalu...

akkhhh... pearasaanku mulai tidak enak.., kubaca kembali alamat brenda yang tertera di diaryku
haruskah ku kesana???

Brenda. Aku sekarang lagi gak di Jakarta. Mungkin lebih baik aku otak-atik handphoneku saja. Tanganku lincah sekali sampai-sampai gak sadar kalau nama Brenda aku kasih tanda Lee, Brenda memanggilku dengan sebutan Liu. Nama panggilan sayang kami berdua. Aku memencet tombol hijau di handphone. Tut...tut... tut.. hanya suara itu yang terdengar lalu suara operator "Maaf, periksa kembali nomor tujuan anda!." akh, sigh... Damn! rasanya pengin marah dan membanting telepon genggamku. Aku menarik napas perlahan kemudian menghembuskannya. Mataku berkeliling. Mataku tak berkedip setelah kudapati sebuah kotak besar disudut meja kamar. Itu... aku mendekat. Kotak warna cream. Kotak masa kecilku. Mataku berkaca, entah karena bahagia atau sedih. Ku buka perlahan dan... ough!

bingung nih lanjutinnya hehehe... don't have idea, apa yah isinya????? kok mata berkaca???? bahagia/sedih???
temukan jawabannya sesaat lagi hehehe....
aku pass dulu, Lani lanjut yah...

Hahaha... aku berharap Koko yang lanjutin karena sama nih.. lagi gak punya ide hahaha...

Bando warna biru punya Brenda, surat cinta pertama Brenda waktu SD, Bola bekel kami berdua,karet gelang, boneka tedy bear, dan surat persahabatan kami. Mama mengetuk pintu kamarku. Aku segera menghapus air mata yang sempat jatuh membasahi pipi. Ku buka pintu, Mama masuk kemudian duduk disampingku. Memandangku dengan rasa iba, mengusap kepalaku dan berkata,
"Bell, itu mamanya Brenda yang kirim satu bulan lalu, katanya buat kamu dari Brenda,"
Aku menoleh ke arah Mama.
"Apakah benar kalo Brenda sudah tiada Ma?" tanyaku.
Mama mengangguk. Mama melanjutkan, dia juga baru tahu setelah kotak kenangan masa kecil kami sampai dirumahku dengan sepucuk surat. Mama meminta maaf karena tidak memberitahuku sebab aku masih sakit, lemah tak berdaya. Seketika air mataku tak tertahankan lagi... pecah...

aku menangis di pelukan mamaku, dengan perlahan air mataku di hapus mama,
" bel.. kamu jangan sedih bel.. mungkin itu jalan terbaik untuk brenda.." hibur mamaku
setelah mengecup keningku, mama beranjak meninggalkanku sendiri lagi di dalam kamar,
" mama tinggal dulu ya sayang, lagi tanggung masak kentang balado kesukaanmu.."
.....


no idea... no mood... hehehe...

Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh........

Hiks... Hiks Ku buka surat itu.

My dear Bella,

Hai Bella? Ini jawabanku atas pertanyaanmu waktu itu, Hmm... menurutku lebih baik kamu tak usah pilih Charlie ataupun Wilan. Just my crazy thought ajah, daripada kamu selalu sakit hati hehehe..

Ingin rasanya kita seperti dulu lagi, tapi mungkin ini adalah kesempatan terakhirku untuk bicara sama kamu. Kamu bagai pohon yang selalu meneduhkan kepalaku dari teriknya panas mentari. Kamu sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Bell, maaf ketika kamu baca ini mungkin aku telah tiada. Sebab, aku tidak mau membuatmu sedih dengan keadaanku sekarang. Miss u Bell

Kotak kenangan ini disimpan baik-baik yawh^^

love you
Brenda

ohh goddd... brenda... benarkah kau telah tiada...
ku tutup kembali rapat-rapat kotak kenangan itu... rasanya tak kuasa ku menahan air mata yang sekian lama ku bendung agar tak terpecah, akhirnya aku kembali terisak, mengingat brenda sahabatku yang telah tiada, tapi mengapa ia berpesan kepada ku untuk tidak memilih diantara dua... sebenarnya ada apa antara brenda, charlie dan wilan??? di saat aku pun sudah tak ingin memilih diantara dua lagi, di saat aku pun ingin meninggalkan, melupakan, semuanya untuk hadapi hidupku sendiri yang sungguh tak pasti ini...

akh lebih baik kupendam saja kotak ini di halaman belakang rumahku, aku tak mau mengingat-ingat ini semua lagi,

seminggu kemudian...

di pagi hari itu tiba-tiba kepalaku sakit... sakit sekali seakan-akan mau pecah rasanya, diriku terbaring tak berdaya di sebuah kasur bertatakan sprei putih... bau obat-obatan menusuk hidungku, pagi ini aku menjalani operasi dibagian kepalaku, tim dokter sekitar 8 orang telah siap dengan segala peralatannya, silau mataku terkena sinar 8 buah lampu yang menyorot ke arah kepalaku, seorang suster mendekati ku dengan sebuah jarum suntik yang akan segera membuatku tertidur entah berapa lama, aku pasrah.. aku tak punya pilihan.. lebih baik aku jalani saja apa yang terjadi.. aku juga tak berharap banyak untuk bisa terbangun lagi.. dengan tubuhku yang sakit ini, pelan kurasakan jarum mulai menyentuh kulitku, dan kurasakan ada suatu aliran masuk kedalam tubuhku, mataku mulai berkunang-kunang dan akhirnya aku merasakan tubuhku menjadi ringan seringan kapas dan yang terpampang di hadapanku hanyalah warna putih entah di mana, mungkin diriku saat ini sedang berada di atas awan, di manakah aku... sudah mati kah aku??

Hanya satu pesanku, jika mencintai seseorang beranilah untuk mengatakannya dan mengambil konsekuensinya. Sebab cinta lah yang membuat seseorang bahagia. Jika ditanya, aku sangat menyesal karena tidak tahu cintaku berlabuh pada siapa, Charlie ataukah Wilan? Malah jika disuruh memilih lebih baik kami tak dipertemukan namun itu hanyalah sebuah angan gilaku yang ingin menolak adanya karma. Yah, seperti apa hubungan karma ku dengan Wilan dan Charlie?