by co_ols Tue May 12, 2009 1:46 am
III. Empat Jenis Karma Berdasarkan Sifatnya
1. Garuka Kamma yaitu Karma Berat, yang memiliki kualitas kekuatan yang besar yang mampu menimbulkan hasil dalam waktu satu kehidupan atau kehidupan kedua, dan kekuatan karma lain tidak mampu mencegahnya. Garuka Kamma terdiri dari 2 jenis yaitu:
a). Akusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Buruk/Jahat yang berat. Yang disebut Akusala Garuka Kamma (Perbuatan jahat yang berat) adalah Niyatamicchaditthi-Kamma (Perbuatan pandangan salah yang pasti) dan Pancanantariya-Kamma (Lima perbuatan durhaka, yaitu membunuh ibu, membunuh ayah, membunuh Arahat, melukai seorang Buddha dan memecah-belah Sangha). Apabila seseorang melakukan salah satu atau lebih dari kelima perbuatan buruk tersebut, maka setelah meninggal dunia, orang tersebut langsung terlahir di Alam Neraka Avici. (Alam yang menyedihkan, yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang dan alam asura). Akusala Garuka Kamma juga disebut dengan Anantariya Kamma karena dampaknya masih dapat di rasakan dikehidupan selanjutnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Buddha dalam [color:9d32="Purple"]Parikuppa Sutta; Anguttara Nikaya 5.129.
Contoh: Devadatta yang telah melukai kaki Guru Buddha dan memecah-belah Sangha, dilahirkan kembali di alam neraka avici. Dan Raja Ajatasattu yang telah membunuh ayahnya (Raja Bimbisara) tidak dapat meraih kesucian Sotapana (tingkat kesucian pertama) karena kekuatan besar dari Akusala Garuka Kamma.
b). Kusala Garuka Kamma adalah Perbuatan Baik yang berat. Yang disebut Kusala Garuka Kamma adalah hasil dari melaksanakan Samatha-Bhavana (meditasi ketenangan batin) sehingga mencapai Rupa-Jhana 4 dan Arupa-Jhana 4 atau disebut Jhana 8, akibatnyapun lebih cepat daripada tingkatan batin yang lainnya. Akibat dari melakukan Kusala Garuka Kamma adalah tumimbal-lahir di alam Brahma.
Kamma jenis ini juga bisa terjadi untuk mereka yang telah melatih meditasi pengembangan kesadaran sehingga mencapai kebijaksanaan atau mencapai Nibbana. Dengan tercapainya Nibbana, maka ia sudah tidak akan terlahir kembali di alam manapun juga setelah ia meninggal di kehidupan ini.
Akusala Garuka Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, tetapi mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu). Sebaliknya, Kusala Garuka Kamma , bila tidak ada waktu menimbulkan hasil, akan menjadi Ahosi Kamma dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka Kamma (Karma membantu).
2. Asanna Kamma (Karma yang berkesan yang muncul pada saat kematian) Pada saat seseorang akan meninggal dunia, maka pikirannya akan mengingat perbuatan kusala kamma (perbuatan baik) dan akusala kamma (perbuatan buruk/jahat) yang dilakukannya.
Apabila tidak ada perbuatan berat ( karma berat ) yang pernah dilakukan selama hidupnya, maka pikirannya akan mengingat salah satu perbuatan yang paling berkesan dalam hidupnya.
Karma inilah yang akan menentukan keadaan kelahiran seseorang yang akan datang jika tidak ada kekuatan karma lain yang lebih besar lagi yang menentukan.
Misalnya: Ia teringat kesan baik ketika ia mendengarkan Dhamma atau sering bertemu dengan para bhikkhu. Apabila ia meninggal pada saat mengingat kesan baik tersebut, ia akan terlahir di alam bahagia. Sebaliknya kalau ia teringat kesan perbuatan yang tidak baik, maka ia dapat saja terlahir di alam menderita.
Contoh: Seorang algojo pada saat menjelang ajalnya, ia mengingat pernah memberi sedekah kepada Y.A. Sariputta. Dengan mengingat hal ini ia terlahir di alam yang bahagia. Namun, meskipun terlahir di alam bahagia, ia tetap memperoleh dampak buruk dari apa perbuatan buruk yang pernah ia lakukan.
Ini pula sebabnya seseorang yang akan meninggal dunia dilakukan upacara pembacaan paritta. Salah satu tujuan upacara ritual ini adalah untuk membantu orang yang akan meninggal tersebut mengingat berbagai kesan kebajikan yang telah dilakukannya selama hidup. Dengan demikian, ia akan mempunyai kondisi untuk terlahir di alam bahagia.
3. Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalah Karma Kebiasaan, yaitu perbuatan baik dan jahat yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan.
Kalau di dalam proses kematian itu tidak ada perbuatan yang berkesan atau tidak sempat berpikir, misalnya karena ia meninggal dalam keadaan koma atau kecelakaan fatal, maka hal yang menentukan kelahiran kembalinya adalah perbuatan yang menjadi kebiasaan dalam hidupnya.
Misalnya, orang yang mempunyai kebiasaan bermain musik, apabila pada saat meninggal dunia ia teringat dengan kebiasaannya itu, maka ia dapat saja terlahir kembali sebagai orang yang memiliki bakat bermain musik sejak kecil.
Contoh: Cunda seorang penjagal babi, yang hidup disekitar vihara tempat Guru Buddha berdiam, ia meninggal dengan mendengking seperti babi karena kebiasaannya memotong babi.
4. Kattata Kamma adalah Karma yang tidak terlalu berat dirasakan akibatnya. Karma ini yang paling lemah di antara semua karma. Karma ini merupakan perbuatan baik (kusala kamma) dan perbuatan jahat (akusala kamma) yang pemah dibuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang hampir tidak didorong oleh kehendak. Karma ini berproses apabila ketiga kamma diatas tidak pernah dilakukan.
Misalnya: Pada satu saat, seseorang pernah melihat dan menyingkirkan paku agar tidak ada orang lain yang terluka karenanya, apabila kamma sederhana yang membahagiakan ini timbul di saat kematian, ia dapat pula terlahir di alam bahagia.
.