DHAMMAPADA XXV, 399
Suatu ketika ada seorang brahmana, yang istrinya mempunyai kebiasaan latah/mengatakan tanpa berpikir terlebih dahulu beberapa kata-kata kapan saja ia bersin, atau ketika sesuatu/seseorang menyentuhnya tanpa sadar.
Suatu hari, brahmana itu mengundang beberapa teman-temannya untuk makan dan tiba-tiba istri brahmana mengucapkan beberapa kata tanpa dipikir terlebih dahulu. Karena ia adalah seorang sotapanna, kata-kata "Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa" secara otomatis keluar dari mulutnya.
Kata-kata pemuliaan bagi Sang Buddha ini sangat tidak disukai oleh suaminya, yang seorang brahmana. Sehingga, dalam kemarahannya, ia pergi menemui Sang Buddha berharap untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang menantang Sang Buddha.
Pertanyaan pertamanya adalah, "Apakah yang harus kita bunuh untuk dapat hidup dengan bahagia dan damai?" dan pertanyaan keduanya adalah, "Membunuh Dhamma yang mana Anda setujui?"
Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "O, brahmana untuk dapat hidup dengan bahagia dan damai, seseorang harus dapat membunuh kebencian (dosa). Membunuh kebencian seseorang adalah yang disenangi dan dipuji oleh para Buddha dan para arahat."
Setelah mendengar kata-kata Sang Buddha, brahmana tersebut menjadi sangat terkesan dan puas dengan jawaban tersebut, sehingga ia mohon untuk diijinkan masuk dalam pasamuan bhikkhu. Ia diterima masuk dalam pasamuan bhikkhu dan kelak ia menjadi seorang arahat.
Brahmana ini mempunyai seorang saudara laki-laki yang sangat terkenal karena kata-kata hinaannya dan dikenal sebagai Akkosaka Bharadvaja, Bharadvaja yang suka menghina/berkata kasar. Ketika Akkosaka Bharadvaja mendengar bahwa saudara laki-lakinya telah masuk dalam pasamuan bhikkhu, ia menjadi sangat marah. Ia langsung pergi ke vihara dan berkata kasar kepada Sang Buddha.
Sang Buddha pada gilirannya bertanya, " O,brahmana, kita misalkan, engkau menawarkan beberapa makanan kepada beberapa tamu dan mereka meninggalkan rumah tanpa mengambil makanan tersebut. Karena tamu tersebut tidak menerima makananmu itu, kemudian makanan itu menjadi milik siapa ?"
Brahmana tersebut menjawab, bahwa makanan itu menjadi miliknya.
Setelah menerima jawaban tersebut Sang Buddha berkata, "Dengan cara yang sama, O brahmana, karena Aku tidak menerima hinaan/kata-kata kasarmu, maka hinaan tersebut akan kembali kepadamu."