FANATISME
Disusun oleh : Tanhadi
Disusun oleh : Tanhadi
Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan fanatik?
Fanatik adalah kepercayaan (keyakinan) yang teramat kuat terhadap ajaran ( agama, politik, pemimpin dll.)
Banyak orang yang salah mengartikan dan menerapkan kefanatikan itu sehingga timbul fanatisme yang berlebihan, munculnya sikap bahwa keyakinannyalah yang paling benar, sedangkan orang lain salah, sehingga tidak jarang antarsekte saling sikut-sikutan, gontok-gontokan dan semakin dalam pula jurang pemisah antara pemeluk agama yang satu dengan lainnya.... hal ini dapat kita sebut sebagai kefanatikan yang membuta, yang merupakan sebab dari perpecahan -perpecahan sebuah kesatuan kelompok kecil maupun besar.
Banyak orang yang mempunyai "keyakinan" semata, meskipun sebenarnya mereka tidak mengerti apa yang diyakininya itu. Seorang yang fanatik ukurannya adalah pada praktek, yaitu seberapa besar ia menjalankan yang telah diajarkan berdasarkan keyakinannya. Tetapi kadang-kadang seseorang yang yakin belum tentu mengerti, orang yang mengerti juga belum tentu yakin. Sesungguhnya tidak ada kebenaran Agama Buddha, kebenaran Agama Kristen, kebenaran Agama Islam... kebenaran adalah kebenaran. Tidak ada cinta kasih Buddha, cinta kasih Kristus, cinta kasih Muhammad; cinta kasih adalah cinta kasih.
Jadi, fanatik itu baik atau tidak ?
Adalah baik, bila keyakinan(kefanatikan) itu disertai dengan pemahaman yang benar atas ajaran-ajaran yang diterimanya dan bila dipraktekkan dapat memberikan manfaat bagi orang banyak tanpa memandang kelompok ataupun golongan tertentu.
Adalah tidak baik, bila keyakinan (kefanatikan) itu tanpa didasari oleh pemahaman yang benar dan pada prakteknya tidak mempunyai rasa toleransi, cenderung merugikan pihak lain dan menutup diri dari pendapat pihak lain yang sesungguhnya juga mengandung kebenaran .
Memang pemahaman yang sempit akan menimbulkan sikap yang fanatik, dan fanatisme akan mengarah pada pembelaan diri terhadap konsep sehingga merasa sudah sempurna dan tidak dapat menerima konsep lain. Fanatisme yang sempit pada akhirnya menjadi benih-benih terjadinya konflik.
"Hendaknya engkau mendengarkan ajaran dari ke-dua belah pihak, simaklah ajaran dari ke-dua belah pihak; lalu pilihlah pandangan, pihak, ajakan dan ajaran dari dia yang benar mengucapkan ajarannya." ( Vin.IV:355)
Salam Metta,
Sabbe satta bhavantu sukhitatta