Berbagai zat pencemar yang beterbangan di udara akan sangat merugikan dan berdampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Riset membuktikan, efek toksik pada timbel dapat mengganggu fungsi ginjal, saluran pencernaan, dan sistem saraf. Kandungan timbel juga bisa memengaruhi tingkat kecerdasan atau IQ, terutama pada anak-anak, serta menurunkan fertilitas dan kualitas spermatozoa.
Penelitian yang dilakukan Mabes Polri dan FKUI mengungkapkan besarnya pengaruh timbel (Pb) dari emisi kendaraan bermotor terhadap kualitas air mani polisi lalu lintas di Jakarta. Penelitian itu melibatkan 232 orang polisi lalu lintas yang bekerja di tepi jalan raya, dibandingkan 58 orang polisi lalu lintas yang bekerja di kantor.
Hasil pengukuran timbel urine secara keseluruhan 266,5 ug Pb/l urine, lebih tinggi dari yang diperbolehkan, yakni 65 ug Pb/l urine. Temuan kualitas air mani jika dibandingkan standar baku WHO derajat keasaman (pH) nilai lebih besar dari standar normal (8,4 vs 7,2-7,.
Hasil penelitian yang dilakukan di Surabaya oleh UI dan organisasi lingkungan bahkan lebih mencengangkan. Dari penelitian yang melibatkan 94 orang ibu hamil itu diketahui kadar timbel dalam darah sebesar 42 Ug/dL, jauh melebihi ambang batas, yaitu 20 Ug/dL. Demikian juga analisis terhadap air susu ibu, kadar timbel 54 Ug/dL, lebih dari 10 kali lipat dari ambang batas yang diizinkan, yakni 0,5 Ug/dL.
Penelitian di Universitas Brigham Young dan Universitas New York, yang melibatkan data kesehatan 50.000 penduduk urban sejak tahun 1982-1998, mengungkapkan bahwa mereka yang terpapar polusi udara jangka panjang (terutama jelaga industri dan knalpot kendaraan) risikonya menderita kanker paru meningkat. Paparan polusi udara ini sama bahayanya dengan hidup bersama perokok dan terkena asapnya setiap hari.
Anak-anak merupakan kelompok sensitif timbel karena mereka lebih peka dan lima kali lebih mudah menyerap timbel daripada orang dewasa. Menurut data Departemen Kesehatan, sekitar 42 sampai 48 persen anak di Jakarta menghirup timbel dari asap kendaraan umum dan mobil pribadi. Jadi, kini saatnya kita semua untuk peduli.
Penelitian yang dilakukan Mabes Polri dan FKUI mengungkapkan besarnya pengaruh timbel (Pb) dari emisi kendaraan bermotor terhadap kualitas air mani polisi lalu lintas di Jakarta. Penelitian itu melibatkan 232 orang polisi lalu lintas yang bekerja di tepi jalan raya, dibandingkan 58 orang polisi lalu lintas yang bekerja di kantor.
Hasil pengukuran timbel urine secara keseluruhan 266,5 ug Pb/l urine, lebih tinggi dari yang diperbolehkan, yakni 65 ug Pb/l urine. Temuan kualitas air mani jika dibandingkan standar baku WHO derajat keasaman (pH) nilai lebih besar dari standar normal (8,4 vs 7,2-7,.
Hasil penelitian yang dilakukan di Surabaya oleh UI dan organisasi lingkungan bahkan lebih mencengangkan. Dari penelitian yang melibatkan 94 orang ibu hamil itu diketahui kadar timbel dalam darah sebesar 42 Ug/dL, jauh melebihi ambang batas, yaitu 20 Ug/dL. Demikian juga analisis terhadap air susu ibu, kadar timbel 54 Ug/dL, lebih dari 10 kali lipat dari ambang batas yang diizinkan, yakni 0,5 Ug/dL.
Penelitian di Universitas Brigham Young dan Universitas New York, yang melibatkan data kesehatan 50.000 penduduk urban sejak tahun 1982-1998, mengungkapkan bahwa mereka yang terpapar polusi udara jangka panjang (terutama jelaga industri dan knalpot kendaraan) risikonya menderita kanker paru meningkat. Paparan polusi udara ini sama bahayanya dengan hidup bersama perokok dan terkena asapnya setiap hari.
Anak-anak merupakan kelompok sensitif timbel karena mereka lebih peka dan lima kali lebih mudah menyerap timbel daripada orang dewasa. Menurut data Departemen Kesehatan, sekitar 42 sampai 48 persen anak di Jakarta menghirup timbel dari asap kendaraan umum dan mobil pribadi. Jadi, kini saatnya kita semua untuk peduli.