Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta mitra Wantimpres mengembangkan kompor hemat berbahan bakar kelapa sawit. Satu kilogram biji sawit dengan harga Rp 700 bisa dipakai selama lima jam.
Kompor ini sudah diujicobakan kepada para transmigran di Tanjungjabo Timur, Provinsi Jambi, pekan lalu. Sebanyak 250 kompor diserahkan kepada transmigran oleh Menakertrans Muhaimin Iskandar di kawasan transmigran Kota Terpadu Mandiri di Jambi.
Kompor berbahan pelat aluminium tersebut adalah penemuan Bayu Himawan dan Achmad Witjaksono yang sudah memiliki hak paten.
Salah seorang warga, Ny Umdanah (34), menyatakan merasakan manfaat kompor sawit, apalagi di kampungnya sangat gampang mendapat biji sawit karena ada perkebunan sawit. Saya juga punya pohon sawit," katanya.
Menurut bayu, kompor berisi bahan bakar 200 gram biji sawit kering akan menghasilkan nyala api selama 50 menit. Satu kilogram biji sawit kering menghasilkan nyala api selama 250 menit atau 4 jam 10 menit. Jika setiap keluarga aktivitas memasaknya tiga jam per hari, keluarga tersebut hanya perlu memiliki satu pohon kelapa sawit.
Dirjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi (P2MKT) Djoko Sidik Pramono menjelaskan bahwa tahun depan Depnakertrans akan memasok 5.000 kompor berbahan bakar kelapa sawit ini kepada para transmigran.
Di Bogor, kompor sawit seperti ini sudah dinikmati 25 petani pohon kelapa sawit di Kampung Samprog, Desa Pangaur, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Mereka umumnya mengakui bahwa penggunakan kompor ini cukup efektif.
Menurut Bayu, kompor ini antimeleduk karena tidak memakai sumbu. Perut kompor terdiri atas dua bagian, yakni tangki penampungan dan pembakaran buah sawit di bagian bawah serta sarangan pengatur api di bagian atas. Kerja kompor ini adalah memanfaatkan aliran udara dari bawah yang menuju atas akibat adanya api pada buah sawit yang dibakar di tangki penampung sawit.
"Api yang dihasilkan dapat dibesarkan atau dikecilkan sesuai keinginan penggunanya. Jika dijual, harga kompor ini kami perkirakan antara Rp 70.000 dan Rp 150.000 per buah," kata Bayu.
Kompor ini sudah diujicobakan kepada para transmigran di Tanjungjabo Timur, Provinsi Jambi, pekan lalu. Sebanyak 250 kompor diserahkan kepada transmigran oleh Menakertrans Muhaimin Iskandar di kawasan transmigran Kota Terpadu Mandiri di Jambi.
Kompor berbahan pelat aluminium tersebut adalah penemuan Bayu Himawan dan Achmad Witjaksono yang sudah memiliki hak paten.
Salah seorang warga, Ny Umdanah (34), menyatakan merasakan manfaat kompor sawit, apalagi di kampungnya sangat gampang mendapat biji sawit karena ada perkebunan sawit. Saya juga punya pohon sawit," katanya.
Menurut bayu, kompor berisi bahan bakar 200 gram biji sawit kering akan menghasilkan nyala api selama 50 menit. Satu kilogram biji sawit kering menghasilkan nyala api selama 250 menit atau 4 jam 10 menit. Jika setiap keluarga aktivitas memasaknya tiga jam per hari, keluarga tersebut hanya perlu memiliki satu pohon kelapa sawit.
Dirjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi (P2MKT) Djoko Sidik Pramono menjelaskan bahwa tahun depan Depnakertrans akan memasok 5.000 kompor berbahan bakar kelapa sawit ini kepada para transmigran.
Di Bogor, kompor sawit seperti ini sudah dinikmati 25 petani pohon kelapa sawit di Kampung Samprog, Desa Pangaur, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Mereka umumnya mengakui bahwa penggunakan kompor ini cukup efektif.
Menurut Bayu, kompor ini antimeleduk karena tidak memakai sumbu. Perut kompor terdiri atas dua bagian, yakni tangki penampungan dan pembakaran buah sawit di bagian bawah serta sarangan pengatur api di bagian atas. Kerja kompor ini adalah memanfaatkan aliran udara dari bawah yang menuju atas akibat adanya api pada buah sawit yang dibakar di tangki penampung sawit.
"Api yang dihasilkan dapat dibesarkan atau dikecilkan sesuai keinginan penggunanya. Jika dijual, harga kompor ini kami perkirakan antara Rp 70.000 dan Rp 150.000 per buah," kata Bayu.