Hal.1
Selama periode Semi-Gugur, pada saat Dinasti Zhou (800-400 SM), banyak orang terkenal yang dapat meramalkan mesa depan seseorang hanya dengan memperhatikan kata-kata dan tingkah laku orang tersebut. Seperti yang tercatat dalam sejarah, mereka sangat akurat.
Umumnya masa depan seseorang, baik maupun buruk, dimulai dengan keadaan hati (pikiran), yang kemudian ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku. Jika kelihatannya ramah dan tulus dan tingkah lakunya baik, maka akan menerima masa depan yang luar biasa. Tetapi, orang yang kasar dan berbuat tanpa mempertimbangkan orang lain biasanya mengundang masalah, jadi tidak ada misteri dalam hal ini, hati kita dihubungkan dengan surga. Jika seseorang sudah di ambang masalah, hal tersebut dapat juga dilihat dari perbuatannya yang tidak wajar. Jika ingin mempunyai nasib yang baik dan bukan banyak masalah , hal pertama yang harus dilakukan adalah bertobat, kemudian banyak-banyak berbuat baik.
Ada tiga cara untuk bertobat:
Yang pertama adalah dengan kesadaran dan rasa malu. Jika kita merenungkan kembali tentang orang-orang suci pada zaman dahulu, mereka juga adalah manusia tetapi ajaran mereka tetap terjaga selama ribuan tahun. Sementara kita hanya terlibat dalam kesenangan, ketenaran dan kekayaan, dan tidak mempunyai disiplin dalam tingkah laku. Kita melakukan hal-hal yang memalukan di belakang orang lain, berpikir bahwa tidak akan ada orang yang melihatnya. Secara perlahan-lahan, menjadi binatang yang mengenakan baju manusia. Tingkah laku ini sungguh memalukan.
Mencius pernah berkata bahwa kesadaran dan rasa malu adalah kunci unluk mencapai kesempatan. Jika tidak mempunyai kesadaran dan rasa malu, maka orang tersebut hanya seperti binatang, sehingga langkah pertama untuk bertobat adalah dimulai dengan kesadaran dan itulah yang membedakan manusia dari binatang.
Yang kedua adalah dengan mempunyai rasa hormat. Ini meliputi rasa hormat terhadap semua yang di surga dan alam kehidupan yang lain. Kita tidak dapat menipu mereka. Jika kita berbuat kesalahan yang kecil sekalipun, semua makhluk di surga dan alam kehidupan yang lain akan mengetahuinya dan jika kita berbuat kesalahan yang besar, surga pasti akan memberikan hukumannya. Walaupun kita berada dalam kamar yang gelap sekalipun, setiap pemikiran kita diketahui oleh surga. Walaupun kita mencoba untuk menyembunyikannya, tetapi akan sia-sia karena jiwa manusia berkomunikasi dengan penciptanya. Selama masih bernafas, kita masih dapat bertobat, dalam kesalahan yang seberat apapun, banyak sekali catatan tentang orang-orang yang seumur hidupnya selalu berbuat jahat, tetapi menjelang kematiannya, mereka tiba-tiba tersadar dan bertobat dan akhirnya meninggal dengan damai. Sang Budha pernah berkata, "Begitu Anda menurunkan pisau jagalmu, Anda dapat menjadi Buddha". Jadi, tidak perduli berapapun jumlah kesalahan, besar maupun kecil, yang paling penting adalah berubah dan bertobat.
Yang ketiga adalah dengan memiliki keberanian dan determinasi. Sering seseorang tidak mampu untuk berubah karena tidak cukup mempunyai keberanian dan determinasi untuk menghentikan tingkah laku yang salah dan memperbaiki kesalahan; kita harus menganggap sebuah kesalahan kecil sekalipun seperti seiris bambu yang menusuk kedalam kulit dan daging yang perlu untuk segera dikeluarkan. Dan jika merupakan kesalahan yang besar, haruslah dianggap sebagai gigitan oleh ular berbisa, sehingga jaripun harus segera dipotong tanpa keragu-raguan. Jika dapat mengikuti ketiga cara ini, maka pertobatan akan menjadi mudah seperti es yang mencair pada musim semi.
(Bersambung ke hal.2)
PELAJARAN KEDUA
CARA UNTUK BERTOBAT
1
Pertobatan dimulai dari tekad didalam hati
Tiga pokok dalam pertobatan
Pertobatan dimulai dari tekad didalam hati
Tiga pokok dalam pertobatan
Selama periode Semi-Gugur, pada saat Dinasti Zhou (800-400 SM), banyak orang terkenal yang dapat meramalkan mesa depan seseorang hanya dengan memperhatikan kata-kata dan tingkah laku orang tersebut. Seperti yang tercatat dalam sejarah, mereka sangat akurat.
Umumnya masa depan seseorang, baik maupun buruk, dimulai dengan keadaan hati (pikiran), yang kemudian ditunjukkan dalam bentuk tingkah laku. Jika kelihatannya ramah dan tulus dan tingkah lakunya baik, maka akan menerima masa depan yang luar biasa. Tetapi, orang yang kasar dan berbuat tanpa mempertimbangkan orang lain biasanya mengundang masalah, jadi tidak ada misteri dalam hal ini, hati kita dihubungkan dengan surga. Jika seseorang sudah di ambang masalah, hal tersebut dapat juga dilihat dari perbuatannya yang tidak wajar. Jika ingin mempunyai nasib yang baik dan bukan banyak masalah , hal pertama yang harus dilakukan adalah bertobat, kemudian banyak-banyak berbuat baik.
Ada tiga cara untuk bertobat:
Yang pertama adalah dengan kesadaran dan rasa malu. Jika kita merenungkan kembali tentang orang-orang suci pada zaman dahulu, mereka juga adalah manusia tetapi ajaran mereka tetap terjaga selama ribuan tahun. Sementara kita hanya terlibat dalam kesenangan, ketenaran dan kekayaan, dan tidak mempunyai disiplin dalam tingkah laku. Kita melakukan hal-hal yang memalukan di belakang orang lain, berpikir bahwa tidak akan ada orang yang melihatnya. Secara perlahan-lahan, menjadi binatang yang mengenakan baju manusia. Tingkah laku ini sungguh memalukan.
Mencius pernah berkata bahwa kesadaran dan rasa malu adalah kunci unluk mencapai kesempatan. Jika tidak mempunyai kesadaran dan rasa malu, maka orang tersebut hanya seperti binatang, sehingga langkah pertama untuk bertobat adalah dimulai dengan kesadaran dan itulah yang membedakan manusia dari binatang.
Yang kedua adalah dengan mempunyai rasa hormat. Ini meliputi rasa hormat terhadap semua yang di surga dan alam kehidupan yang lain. Kita tidak dapat menipu mereka. Jika kita berbuat kesalahan yang kecil sekalipun, semua makhluk di surga dan alam kehidupan yang lain akan mengetahuinya dan jika kita berbuat kesalahan yang besar, surga pasti akan memberikan hukumannya. Walaupun kita berada dalam kamar yang gelap sekalipun, setiap pemikiran kita diketahui oleh surga. Walaupun kita mencoba untuk menyembunyikannya, tetapi akan sia-sia karena jiwa manusia berkomunikasi dengan penciptanya. Selama masih bernafas, kita masih dapat bertobat, dalam kesalahan yang seberat apapun, banyak sekali catatan tentang orang-orang yang seumur hidupnya selalu berbuat jahat, tetapi menjelang kematiannya, mereka tiba-tiba tersadar dan bertobat dan akhirnya meninggal dengan damai. Sang Budha pernah berkata, "Begitu Anda menurunkan pisau jagalmu, Anda dapat menjadi Buddha". Jadi, tidak perduli berapapun jumlah kesalahan, besar maupun kecil, yang paling penting adalah berubah dan bertobat.
Yang ketiga adalah dengan memiliki keberanian dan determinasi. Sering seseorang tidak mampu untuk berubah karena tidak cukup mempunyai keberanian dan determinasi untuk menghentikan tingkah laku yang salah dan memperbaiki kesalahan; kita harus menganggap sebuah kesalahan kecil sekalipun seperti seiris bambu yang menusuk kedalam kulit dan daging yang perlu untuk segera dikeluarkan. Dan jika merupakan kesalahan yang besar, haruslah dianggap sebagai gigitan oleh ular berbisa, sehingga jaripun harus segera dipotong tanpa keragu-raguan. Jika dapat mengikuti ketiga cara ini, maka pertobatan akan menjadi mudah seperti es yang mencair pada musim semi.
(Bersambung ke hal.2)