Tanya Jawab dengan Master Cheng Yen

Tanya Jawab dengan Sang Guru

Ven. Master Cheng Yen, adalah seorang bhiksuni asal Taiwan yang mendirikan yayasan Tzu Chi tahun 1996.

Dengan mengemban 4 misi besarnya, yaitu beramal, pengobatan, pendidikan, dan kebudayaan, organisasi ini telah membangun rumah sakit, sekolah, dan membantu jutaan orang di seluruh dunia. Belas kasih Master Cheng Yen terhadap penderitaan umat manusia telah menggerakkan jutaan sukarelawan di seluruh dunia untuk melayani tanpa pamrih. Dia dianugerahi Medali Eisenhower atas perannya terhadap perdamaian dunia, dan juga masuk nominasi Hadiah Perdamaian Nobel.

Master Cheng Yen mengerti bahwa kesengsaraan di dunia bukannya semata-mata karena kemiskinan, tetapi juga karena tidak adanya tujuan hidup yang bermanfaat. Beliau percaya bahwa hidup yang paling bermanfaat adalah dapat memberikan pelayanan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan berdasarkan pemahaman inilah, Master Cheng Yen menjalankan tugas sebagai kepala Yayasan Tzu Chi dan pemimpin spiritual Buddhis-nya.

T: Apa tujuan dari mengucapkan nama Buddha Amitabha?

J: Menyebut nama Buddha Amitabha bukan berarti ingin meminta berkah, tetapi untuk selalu mengingatkan diri kita untuk berintropeksi dan menginspirasi diri kita sendiri. Kita perlu secara terus menerus melakukan perbuatan baik dan menciptakan jalan kita sendiri menuju pencerahan. Inilah tujuan dari menyebut nama Buddha.

T: Bagaimana cara kita menyeimbangkan mengembangkan kualitas spiritual dengan pekerjaan?

J: Pengembangan kualitas spiritual adalah dengan tetap tenang dalam setiap lingkungan. Bagi saya, pengembangan diri tidak harus berada dalam kesunyian atau di kuil, tetapi bisa dengan berada di keramaian. Dikatakan bahwa "Ketika saya berjalan dengan dua orang lainnya, setidaknya ada satu orang yang bisa menjadi guru saya." Saat berhubungan dengan orang lain, kita perlu untuk terus berintrospeksi. Seluruh materi pembelajaran ada di dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita harus mengembangkan kualitas spiritual kita dalam kehidupan sehari-hari sambil memberikan yang terbaik dalam pekerjaan kita

T: Apakah orang awam perlu melakukan kebaktian pagi setiap hari di rumah?

J: Tidak juga, ini tergantung pada lingkungannya. Pikiran itu lebih penting daripada sekadar formalitas (sembahyang). Berfokus hanya pada formalitas eksternal daripada pengembangan diri adalah tidak berguna walaupun kita bersungguh-sungguh ketika berkebaktian.

T: Bagaimana kita mempelajari ajaran Buddha? Apa yang harus dilakukan oleh seorang Buddhis?

J: Dalam mempelajari ajaran Buddha, yang terpenting adalah pikiran kita. Kita perlu berintropeksi diri secara terus menerus. Mempraktikkan ajaran-ajaran Buddha lebih penting daripada hanya `menyembah' Buddha. Kita perlu menggunakan akal dan tindakan kita untuk meningkatkan karakter diri kita. Inilah yang harus dilakukan oleh seorang Buddhis sejati.

T: Apakah ada masalah jika umat Kristiani berpartisipasi dalam pengobatan gratis di Tzu Chi?

J: Tanpa memandang agama, semua dokter datang melayani dengan hati penuh kasih. Praktisi sejati mengabaikan perbedaan agama karena semua agama memiliki tujuan yang sama yaitu Cinta Kasih. Contoh, ketika yang Kristen berbicara mengenai cinta yang universal, orang Buddhis berbicara tentang kasih sayang dan cinta kasih tanpa syarat/pandang bulu.

T: Apa makna sebenarnya dari bersujud kepada Buddha?

J: Untuk menghilangkan ego (diri: atta) kita dan kepentingan pribadi dan untuk dengan sungguh-sungguh mengikuti ajaran Buddha. Dalam kitab sutra: "Bersujud kepada semua Buddha" bukan berarti menyembah setiap patung Buddha, tetapi menegakkan ajaran Buddha dan menghormati orang lain seperti Buddha.

T: Dapatkan kita menggunakan bahasa Mandarin dan Taiwan secara bersamaan saat melantunkan ayat-ayat sutra?

J: Sutra adalah sebuah petunjuk jalan. Bahasa tidak menjadi masalah. Yang paling penting adalah ketulusan hati kita dalam memahami makna-maknanya -bagaimana menuju jalan tersebut dan mempraktikkannya secara nyata.

T: Apa metode yang benar untuk pengembangan diri?
J: Berperilaku semestinya, berpikir dengan akal yang jernih dan mengembangkan karakter yang terpuji. Kita perlu menyeimbangkan pikiran dan tubuh, dan rela memberikan demi semua makhluk hidup. Hanya dengan perbuatan nyata kita dapat mewujudkan pengembangan diri itu.

T: Apa perbedaan antara paritta/sutra pengantar kematian dan peringatan kematian dari Tzu Chi dengan paritta/sutra dari yang lain?

J: Tzu Chi menekankan kesederhanaan, bahwa kesederhanaan itu indah. Paritta/sutra pengantar kematian dan peringatan kematian adalah kegiatan di mana orang-orang menghormati mereka yang sudah meninggal. Upacara apa pun tidak masalah, asal dilakukan dengan sederhana, teratur, dan khidmat.

T: Bagaimana seharusnya cara kita melihat kehidupan?

J: Semua makhluk adalah sama dan harus dihargai. Mengapa? Karena tidak hanya manusia, tetapi semua makhluk hidup, terlahir dengan sifat Buddhis yang suci. Oleh karena itu Buddha berkata bahwa "Pikiran, Buddha, dan semua makhluk hidup adalah tidak dapat dibedakan".

T: Beberapa orang melihat hidup itu tidak ada gunanya dan mencoba bunuh diri. Bagaimana cara kita membina mereka?
J: Mereka melakukan bunuh diri karena mereka tidak memahami cinta. Ketika hati dipenuhi dengan cinta, maka kita akan mengerti bahwa hidup itu sangat berharga. Sebelum kita mencintai orang lain, kita harus mencintai dulu diri kita sendiri. Mencintai diri sendiri berarti menjaga pikiran dan seluruh perilaku kita serta tidak membuat kuatir orang tua kita.

T: Apa makna dari hidup? Bagaimana kita mengukur seberapa lama kita hidup?

J: Nilai dari hidup tidak diukur dengan seberapa lama kita hidup, tapi seberapa banyak yang telah kita perbuat. Jika orang tidak memanfaatkan hidupnya, maka hidupnya tidak berarti, tidak peduli seberapa lama dia hidup.

T: Bagaimana seharusnya cara kita melihat kematian?

J: Sebenarnya tidur dapat dikatakan sebagai "kematian sesaat". Kematian itu seperti tidur yang panjang dan dalarn, jadi kematian disebut juga "tidur panjang" dalam bahasa Mandarin. Jika kita ingin meninggal dunia dengan tenang, kita perlu memanfaatkan waktu kita, untuk melayani semua makhluk hidup. Maka ketika saatnya tiba, kita akan bisa pergi dengan tenang.

T: Apa yang kita lakukan menjelang kematian seorang kerabat dekat?

J: Jangan menangis dan meratapinya. Walaupun sulit untuk melepas kepergian kerabat itu, kita perlu menghibur dia dan mengatakan kepada dia agar tidak usah kuatir tentang apapun juga. Penganut Buddha akan menyebut nama Buddha untuk menenangkan mereka yang sedang berkabung, dan agar orang tersebut dapat meninggal dengan tenang.

T: Apa yang pantas untuk dikatakan ketika mengunjungi orang yang menderita sakit yang sangat berat?

J: Sangatlah penting untuk menenangkan pikiran mereka. Bantu mereka untuk memahami bahwa kematian itu tidak menakutkan. Jika kita hanya memberikan semangat dan harapan agar cepat sembuh, hal itu malah akan menambah kesulitan hagi sang pasien.