Penyelamatan hewan merupakan praktek yang selaras dengan etika Buddhis tentang cinta kasih. Praktek ini didasari kisah sang Buddha sendiri di masa lampau, sewaktu Beliau terlahir sebagai Jalavāhana, putra seorang tabib, di mana Beliau pernah menyelamatkan 10.000 ekor ikan di Kolam Aṭavisambhava yang hampir mati kekeringan. Setelah mengairi dan memberi makan ikan-ikan tersebut, Beliau membacakan penghormatan kepada Buddha di zaman itu, Tathāgata Ratnasikhi, Arahat, Samma-sambuddha; serta mengulangi rumusan Paṭicca Samuppāda. Berkat kebajikan dari mendengarkan ajaran Dhamma tersebut, ikan-ikan itu terlahir kembali sebagai dewa di alam Surga Tiga Puluh Tiga.
Bagaimanakah mempraktekkan penyelamatan hewan secara Theravāda? Berikut ini disajikan paritta-paritta Pāli yang dapat dibacakan (mencontoh Doa Pelepasan Makhluk Hidup umat Buddhis Cina). Setelah doa pendahuluan Berlindung kepada Tiga Permata, kita dapat membacakan Penghormatan kepada Tujuh Buddha (di samping Ratnasikhin, umat Buddhis Cina biasanya menambahkan nama-nama Buddha lain sehingga menjadi tujuh Buddha) dan Paṭicca Samuppāda, lalu ditutup Doa Pemberkahan.
Bagaimanakah mempraktekkan penyelamatan hewan secara Theravāda? Berikut ini disajikan paritta-paritta Pāli yang dapat dibacakan (mencontoh Doa Pelepasan Makhluk Hidup umat Buddhis Cina). Setelah doa pendahuluan Berlindung kepada Tiga Permata, kita dapat membacakan Penghormatan kepada Tujuh Buddha (di samping Ratnasikhin, umat Buddhis Cina biasanya menambahkan nama-nama Buddha lain sehingga menjadi tujuh Buddha) dan Paṭicca Samuppāda, lalu ditutup Doa Pemberkahan.