wantodinet wrote:Tul Bro...,
Kenapa beliau meninggalkan keluarga, karena beliau belum cukup bijaksana (atau belum jadi Buddha) saat itu. Tapi kalau beliau tidak meninggalkan keluarga beliau kemungkinan besar tak mencapai Kebuddhaan saat itu.
Demikian comment saya Bro...., mohon koreksi kalau ada kekeliruan.....
alasan mu tidak tepat,
ibarat seorang ayah yg pergi mencari uang untuk menghidupi keluarganya lalu apakah kita akan mengatakan kepergiannya tidak bijaksana?
ada banyak nelayan yg pergi mencari ikan dilaut dan pulang hanya 2x dalam setahun, lalu apakah kita akan mengatakan kepergiannya tidak bijaksana?
ada banyak TKW yg pergi mencari nafkah ke negri tetangga dan pulang hanya 2 tahun sekali, lalu apakah kita akan menyebut si ibu tidak bijaksana?
semua yg dilakukan otang-tua pergi dalam waktu yg lama tsb tentunya memiliki tujuan untuk membahagiakan keluarganya.
apa yg di lakukan Sang pangeran meninggalkan keluarga adalah demi suatu cita2 besar yang mulia, suatu tujuan yg jauh lebih besar dari sekedar mencari uang dan materi, jauh lebih besar dari sekedar mencari kebahagiaan duniawi yg sifatnya sementara, tujuan sang pangeran adalah mencari obat untuk mengatasi penderitaan dari kelahiran, kesakitan, ketuaan, dan kematian, obat yg dicarinya adalah tak ternilai dan tak terbandingkan dengan kebahagiaan duniawai apapun, yg dicarinya adalah yg merupakan kebahagian tanpa cela.
bisakah kita bayangkan, bagaimana mungkin seorang pangeran yg bergelimangan harta dan memiliki istana2 megah yg besar namun mampu meninggalkan semua gemerlap harta benda yg dimilikinya, sangat2 jarang ada orang yg sanggup melepaskan kemelekatan harta duniawi kalaupun sanggup pasti akan berpikir 7x karena harus berperang dengan keserakahan di dalam bathinnya terlebih dahulu, dan hanya sang pangeran yg mampu melakukannya tanpa perlu berperang dalam bathinya karena ia sama sekali tidak memiliki keserakahan harta duniawi.
bisakah kita bayangkan, bagaimana mungkin seorang pangeran yg memiliki istri yg cantik bak dewi khayangan tapi dengan rela ia tinggalkan, sangat2 jarang ada orang yg sanggup melepaskan istrinya sendiri kalaupun sanggup pasti akan berpikir 7x karena harus berperang dalam bathinnya dulu, dan sang pangeran mampu melakukannya karena ia sama sekali tidak memiliki keserakahan terhadap nafsu2 indria, bahkan nafsu sexpun tidak mampu memperbudak dirinya.
Sang Buddha mengajarkan bahwa kita diajarkan untuk hidup sederhana dan jangan melekat pada harta benda apapun.Seandainya Sang Buddha bukanlah sang pangeran, seandainya beliau dulunya adalah seorang yg miskin, maka ketika Sang Buddha mengajarkan untuk tidak melekat pada harta maka tentunya akan banyak orang yg melecehkan "
dia bisa ngomong kayak gitu karena dia sendiri miskin", tapi tidak ada seorangpun yg bisa berkata begitu, karena Sang Buddha dulunya dilahirkan kaya raya hidup dalam gemerlapan istana2 megah.
Oleh karena itu apa yg di ajarkannya adalah suatu hal yg sangat luar biasa karena Sang Buddha bukan sekedar berteori belaka namun telah beliau buktikan sendiri bahwa ia bisa melepaskan semua gemerlap harta duniawi maka itulah ajaran yg sungguh luar biasa, itulah Dharma.
Sang Buddha mengajarkan bahwa kita diajarkan untuk hidup menyepi tak melekat pada sanak keluarga bila ingin menjalani kehidupan suci agar dapat segera terbebas dari kelahiran, kesakitan, ketuaan dan kematian yg berulang2.
Seandainya Sang Pangeran tidak punya istri yg cantik, tentunya akan ada banyak orang yg melecehkannya: "
dia bisa ngomong kayak gitu karena dia sendiri hidup menjomblo, karena dia itu homo"
atau kalau dia punya istri namun ga punya anak tentunya akan ada yg melecehkannya: "
dia bisa ngomong begitu karena dia itu mandul, karena dia itu impoten, ",
namun sang Buddha bukanlah mandul, sang Buddha bukan impoten, dan sang Buddha juga bukan homo, beliau ketika masih pangeran adalah sosok yg ideal sebagai suami dan sosok yg ideal sebagai seorang ayah, jadi apa yg diajarkannya adalah suatu hal yg sangat luar biasa karena Sang Buddha bukan sekedar berteori belaka namun telah beliau buktikan sendiri bahwa ia bisa melepaskan semua kilauan kebahagiaan duniawi, ia bisa melepaskan kilauan kebahagiaan rumah tangga, ia lepaskan semuanya demi suatu kebahagiaan tak terhingga, apa yg diajarkannya bukan sekumpulan dogma, bukan sekedar sekumpulan perintah2 yg diajarkan tokoh2 agama lainnya, apa yg diajarkannya telah beliau buktikan sendiri maka itulah ajaran yg sungguh luar biasa, itulah Dharma.
Terakhir diubah oleh co_ols tanggal Thu Mar 11, 2010 4:38 pm, total 1 kali diubah