EMPAT PELAJARAN DARI LIAO FAN
Pendahuluan
Banyak orang yang alergi berbicara tentang takdir. Mereka mengatakan bahwa percaya kepada takdir adalah tahyul. Kehidupan manusia adalah tergantung sepenuhnya kepada perjuangan diri sendiri. Pendapat orang seperti ini memang ada benarnya, tetapi pendapat ini pulalah yang kemudian menghilangkan keyakinan akan kebaikan, kerendahan hati, ketulusan dan nilai-nilai penting lainnya. Orang-orang seperti inilah yang kemudian paling sering menghalalkan segala cara untuk kernudahan diri sendiri, yang pada akhirnya hanya membawa diri sendiri ke dalam penderitaan.
Sebaliknya banyak pula orang yang rnempercayakan hidupnya kepada tukang ramal, nujum dan yang sejenisnya. Orang yang seperti ini akan kehilangan semangat hidup, kemudian hidup dalam ketakutan dan pada akhirnya hilang pulalah makna dari kehidupannya. Orang-orang inilah yang tidur di rumah sambil menunggu ada hujan uang dari langit. Mereka pulalah yang menjadikan orang lain dan nasib sebagai alasan bagi semua kesulitan yang dihadapi.
Melalui buku ini, Liao fan, si penulis menjelaskan, tentang apa makna yang sebenarnya dari takdir dan bagaimana seharusnya hidup dan memperjuangkannya. Takdir tidak lain merupakan karma masa lalu yang berubah. Memahami prinsip tentang takdir atau hukum karma sangatlah penting bagi kehidupan, agar kita tidak terjatuh dalam kedua ekstrim di atas. Dengan memahami hukum karma ini juga sangat penting sebagai pegangan hidup kita.
Cina, sebuah negara yang sangat luas dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, dalam sejarahnya pernah menikmati kedamaian dan harmoni antar penduduknya untuk waktu yang sangat panjang. ini adalah berkat kehidupan spiritual dan moral yang terpatri dalam kehidupan sehari-hari penduduknya. Cina terlalu luas untuk dapat diperintah secara efektif, oleh orang, hukum, kerajaan maupun cara apapun juga. Yang mewujudkan semua keharmonisan tadi hanyalah pemahaman yang tergambar dalam pepatah
"Jika Anda menanam benih labu Maka Anda akan memanen labu, dan untuk dapat ;memanen kacang, tanamlah kacang."
Pemahaman ini tertanam dalam kesadaran setiap orang, sehingga setiap orang yakin bahwa "perbuatan baik akan membuahkan hasil ,yang baik". Dan sebenarnya itulah penjelasan secara mudah tentang hukum karma.
Yen Liao Fan sebenarnya menuliskan karya ini untuk puteranya. Sampai saat ini, lima ratus tahun sesudah dituliskan, karya ini tetap menjadi salah satu buku yang paling populer. Walaupun pada bagian-bagian tertentu, tulisan ini hanya relevan dalam konteks zaman Dinasti Ming, tetapi secara keseluruhan, karya ini tetap merupakan suatu panduan yang sangat praktis dalam alam kehidupan sekarang ini. Karya ini secara gamblang menjelaskan pandangan " Orang Cina " dan moralitasnya yang sangat berharga untuk dipelajari.
Dalam usia muda, Liao Fan bertemu dengan orang yang dapat meramalkan masa depan kehidupannya dan kemudian ternyata apa yang diramalkan semuanya terbukti. Hal ini mengakibatkan Liao Fan mempunyai anggapan bahwa dalam kehidupan tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan, karena semuanya akan berjalan sesuai dengan suratan Takdir. Untunglah kemudian Liao Fan bertemu dengan orang yang dapat meyakinkannya bahwa takdir tidak berlaku sepenuhnya. Walaupun takdir berlaku, tetapi setiap manusia yang menjalaninya mempunyai kuasa untuk mengubahnya. Orang yang karma dalam kehidupan sebelumnya tidak baik, akan berbuah dengan kehidupan dalam penderitaan pada kehidupan yang sekarang. Tetapi dengan berbuat kebajikan, memupuk perilaku dan pandangan yang baik, maka perlahan tapi pasti kehidupan juga akan semakin membaik dan akhirnya keluar dari penderitaan. Sama seperti Liao Fan yang akhirnya juga mampu keluar dari Takdirnya yang kurang baik.
Langkah awal untuk menguasai takdir adalah pertobatan. Jika ada orang yang mengatakan bahwa kehidupannya sudah bebas dari kesalahan dan kebiasaan buruk, maka kemungkinan besar orang tersebutlah yang kurang peka sehingga tidak menyadari kesalahan sendiri. Seharusnya dalam kehidupan sehari-hari perlu dilakukan introspeksi. Jika menyadari adanya kesalahan, perlakukanlah kesalahan kecil seperti seiris bambu yang menusuk ke bawah kulit, yang harus segera dicabut. Dan jika menyadari kesalahan yang besar, perlakukanlah ia seolah-olah gigitan ular berbisa, yang jika perlu jaripun harus segera dipotong untuk menghalanginya menjalar ke bagian tubuh yang lain. Liao Fan menjelaskan tentang sifat-sifat yang harus dimiliki dalam pertobatan dan bagaimana seharusnya pertobatan dilakukan.
Liao Fan juga memberikan berbagai contoh tentang cara untuk memupuk kebajikan. Kebajikan sendiri terbagi berjenis-jenis. Ada yang besar dan yang kecil, ada yang sesungguhnya dan ada yang berpamrih, ada yang dilakukan tanpa terlihat dan ada yang sengaja dilakukan untuk dilihat. Semuanya perlu dipahami agar kita tidak terjebak dalam sesuatu yang dikira sebagai kebajikan, tetapi ternyata tidak lebih dari suatu kepalsuan.
Pada bagian akhir Liao Fan menekankan perlunya sifat rendah hati. Karena hanya orang yang rendah hati yang akan dapat maju dan berhasil. Sebaliknya jika menyombongkan diri, maka dapat dipastikan tidak akan mempunyai kebahagiaan dalam kehidupan.
Kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan semata tidak akan mampu menjawab semua masalah-masalah tentang kemanusiaan yang sudah demikian mendesak. Dalam kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan, sering kita terlena dan mengabaikan pembangunan moral. Masalah-masalah ini hanya dapat dijawab dengan pembangunan kesadaran spiritual yang sama pesatnya dengan kemajuan di bidang tekhnologi dan ilmu pengetahuan.
Dalam usaha ini semoga karya Liao Fan yang mengungkapkan keunggulan moralitas pada zamannya dapat berkontribusi dan dipraktekan dalam suatu konteks yang baru.
( Bersambung ke halaman(2)..........)
Terakhir diubah oleh tanhadi tanggal Thu Sep 17, 2009 7:06 am, total 2 kali diubah